"Kami para Kyai dan Santri se Nusantara juga akan mengawal pemerintahan Jokowi yang mana didalamnya ada ulama sebagai wapres. Banyak kepentingan umat Islam yang dititipkan dan diharapkan dari KH Ma'ruf Amin," terang Kyai Syamsul yang Alumni PTIQ Jakarta ini.
Senada dengan itu, KH. Muchlas Syarqun Direktur Kajian Rahmatan Lil Alamin Center mengatakan, itjima' ulama ke IV ini bisa menjadi tantangan menjawab situasi politik yang berkembang. Menurutnya, selama tujuannya untuk kemashalatan umat Islam tidak menjadi masalah.
"Gerakan ulama dalam ijtima' ulama tidak menjadi masalah sebagai gerakan civil soceity yang mengontrol negara. Jangan sampai terjadi oligarki politik di pemerintahan Jokowi-Amin," ujarnya.
Menurut Kyai Muchlas, pertemuan ijtima' ulama juga bisa dijadikan ruang konsolidasi demokrasi yang memberikan masukan positif pada pemerintah.
"Dalam negara yang kuat pilar-pilar demokrasinya juga kuat. Partai politiknya kuat saling kontrol, gerakan masyarakat civil soceity nya juga kuat dan medianya juga kuat mengawasi jalannya pemerintahan," jelasnya.
Lain halnya dengan Zuhairi B. Misrawi Intelektual Muslim, dirinya mengatakan tidak sependapat dengan adanya ijtima' ulama, apabila hanya menjadi gerakan politik semata. Katanya, ijtima' ulama yang sudah ada, sudah terlalu jauh masuk ke ranah politik.
"Seharusnya disudahi saja gerakan ijtima' ulama ini yang lahir menjelang Pilpres. Apalagi Pilpres sudah usai, kita kembali ke gerakan masing-masing. Kalau urusan keagamaan kembali ke MUI dan Ormas-Ormas Islam, kalau politik kembali ke partai politik," ujarnya.
Acara Diskusi Publik dengan tema 'Perlukah Ijtima' Ulama ke IV' di Hotel Sentral Jl. Pramuka, Jakarta Timur, Sabtu (01/08/2019) diselenggarakan oleh Kaukus Muda Indonesia (KMI). Tampak hadir Edi Humaidi Ketua Umum Kaukus Muda Indonesia (KMI) dan Rouf Qusairi Sekjen KMI memandu acara diskusi sebagai modertor.
Tampak hadir beberapa tokoh, aktivis dan mahasiswa hadir pada acara ini, diantaranya Bustan Pinrang tokoh muslim penggerak ekonomi umat, Syafrudin Budiman SIP Aktivis Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM), Desy aktivis perempuan dan para mahasiwa dari berbagai kampus di Jakarta. (red)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H