LIMA PURNAMA
Kepada perempuan D
Memimpimu aku seperti bercinta. Seperti percintaan kita pada swalayan purba di sela tumpukan barang peradaban, dan kau merengek dibelikan antologi puisi.Â
Lima purnama aku tinggal kau di rumah tanpa senda gurau, di hutan aku tidak ada kabarmu dan setiap malam awan menumpahkan gelisah padaku.Â
Mungkin di depan rumah ada gerimis malam pekat, mobil patroli dan pejalan kaki tak perduli lagi pada hujan. Di belantara gelisah aku memimpimu dengan pesona selendang putih dan berbisik ke telingaku; buatkan aku puisi tentang cinta, tentang rindu dan kematian.
PERJUMPAAN KEMBALI
Kotak-kotak televisi tersusun rapi, membentuk bangunan sunyi dalam diri dan botol-botol parfum berbau mati, sebab pada semesta kerinduan rumput-rumput tak berwaktu lagi untuk tumbuh. Bengkel-bengkel pencetak angka-angka mengasingkan nyanyiku di sudut ruang. Hanya lempeng rindu itu semakin menjadi bara setelah tangis jatuh pada perjumpaan sesaat dan cintamu mengabadikan wajah kita dalam bingkai bulan sunyi di kaki seribu awan. Â
Sumber Puisi: Syafruddin (shaff) Muhtamar, Sujud, Kumpulan Puisi, Penerbit Pustaka Refleksi, 2007.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H