BAIT-BAIT BULAN SABIT
Jari-jari rumput menari-nari meraba-raba mencari bulan, ketika angin berhenti menyanyi sunyi. Mungkin, aku tidak tahu di luar sana ada jerit bayi minta kelahiran atau perempuan bisu ditikam cemas yang tiada henti. Dan mungkin, kau lupa sejarah mengalir pada raga.Â
Bulan sabit di sudut langit tidak akan menurunkan angin di matamu atau menoreh cahaya menembus cakrawala. Barangkali hanya jemari menari-nari meraba-raba menggapai mimpi mengendap-endap diantara rerumputan tak punya kata, hanya jari-jari melantunkan nada bisu pada lengkung bulan sabit.
ELEGI PAGI
Dari sudut atap rumahku terbang sepasang burung dan mempermainkan cinta di sela-sela daun mangga. Pagi dengan tiupan angin lemah menambah syahdu percintaan itu. Si betina melompat ke daun jambu diiringi manja kejaran si jantan, dengan bahasa hanya mereka yang tahu; kasih membisu dalam langit biru.Â
Daun-daun menari lembut, aku hanya diam dan tak lama kemudian embun pada rerumputan berganti lembut sinar mentari. Pasangan yang bercinta terbang menuju entah, mungkin menyongsong  cita yang terikat dalam ikrar.
Sumber Puisi: Syafruddin (shaff) Muhtamar, Sujud, Kumpulan Puisi, Penerbit Pustaka Refleksi, 2007.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H