CINTA SEBUTIR EMBUN
Embun yang semula aku sendok dari rahim sadarku, kini berubah darah di atas piringku, lalu melompat ke dalam tenggorokanku mengejar irama di dalamnya berwarna hitam. Iia mendekam penuh waktu dalam usus, seperti gelembung-gelembung kecil dalam wiski bercampur es, memainkan bola mata perempuan kehampaan. Sebutir embun menggantung gelisah di ujung daun, sekali hempasan angin ia musnah terserap tanah kering. Keesokan hari tanah menyuburkan kembang-kembang karena cinta telah menyatukan tanah dan akar-akarnya.
SERULING RINDU
Mengerang kesakitan bunyi seruling ditiup hening, melukai malamku yang rindu hadirmu. Pada sisi kotak mie instant bonekaku menetes air matanya menanti perempuan kecil membawanya bermimpi. Tetapi kau perpanjang sunyi dengan memainkan bulan pada wajah dan mengapung-apungkannya pada embun yang bergelantungan di bibir daun. Dan sajakku terluka kalimatnya.
Sumber Puisi: Syafrruddin (shaff) Muhtamar, Sujud, Kumpulan Puisi, Penerbit Pustaka Refleksi, 2007.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H