SESOBEK POTRET BULAN
Anak-anak melingkar di halaman jiwanya. Memainkan bulan diantara jemari-jemari mungil. Dan menghisap madu pada hamparan rumput yang dititipkan kupu-kupu terbang melintas. Sambil sesekali melempar bulan itu ke udara, memanggil burung yang berputar-putar di permukaan. Nampak di awan melingkar kedamaian, tawa mereka tak sanggup ditangkap keindahannya. Hanya menjelma semesta kecil: seperti ciuman pertama pada kekasih.
SEGURAT DUKA
Aku pengembara ditinggal damai. Pada segala mata angin tempat aku membaringkan kepala. Utara selatan timur dan barat, mati diterkam matahari. Di dahan kering itu, bertengger burung dengan sayap terluka.
Aku gelandangan ditinggal ibu kehidupan. Terbang mencari damai di setiap kehampaan, sebab segala duka menjadi sahabat jantung hari. Dan di kelopak, layu kembang matahari. Kupu-kupu kehausan madu.
Pengembara dan gelandangan, burung-burung dan kupu-kupu, damai dan segala duka: di tangannya bulan menjelma batu-batu. Jagat baginya, tulang-tulang dan telaga pasir.
#Sumber Puisi: Syafruddin (shaff) Muhtamar, Sujud, Kumpulan Puisi, Penerbit Pustaka Refleksi, Tahun 2007.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H