Zaman akhir mulai bangun dari pembaringan panjangnya, sejak bayi abad masih berwarna merah hingga kini. Ketika tetes air mata mengantar ribuan keranda jenasah kematian. Berbaris di bawah gerimis kejahatan yang akan meledak menjadi gemuruh badai, melintasi setiap celah cakrawala denyut sejarah manusia.
Kejahatan merajalela, menjarah kebaikan yang tersimpan dalam cawan-cawan kalbu zaman, yang terlindung di balik jubah manusia-manusia suci. Mengetuk pintu kamar, hingga ia terbangun, untuk melanjutkan titah kebenaran langit, dititip berabad-abad silam ketika ia keluar dari rahim penciptaan.
Titah itu tergenggam dikedua tangannya adalah mantra pembelok sejarah menuju pada rahim kelahiran pertama, saat sebagai abad bayi yang murni dari dosa-dosa kejahatan.
Sumber: Syafruddin (shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam, Kumpulan Puisi, Penerbit Pustaka Refleksi, 2008.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H