Mohon tunggu...
syafruddin muhtamar
syafruddin muhtamar Mohon Tunggu... Dosen - Esai dan Puisi

Menulis dan Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Zaman Akhir

19 Agustus 2022   09:27 Diperbarui: 19 Agustus 2022   09:28 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PUISI ZAMAN AKHIR

Zaman akhir mulai bangun dari pembaringan panjangnya, sejak bayi abad masih berwarna merah hingga kini. Ketika tetes air mata mengantar ribuan keranda jenasah kematian. Berbaris di bawah gerimis kejahatan yang akan meledak menjadi gemuruh badai, melintasi setiap celah cakrawala denyut sejarah manusia.

Kejahatan merajalela, menjarah kebaikan yang tersimpan dalam cawan-cawan kalbu zaman, yang terlindung di balik jubah manusia-manusia suci. Mengetuk pintu kamar, hingga ia terbangun, untuk melanjutkan titah kebenaran langit, dititip berabad-abad silam ketika ia keluar dari rahim penciptaan.

Titah itu tergenggam dikedua tangannya adalah mantra pembelok sejarah menuju pada rahim kelahiran pertama, saat sebagai abad bayi yang murni dari dosa-dosa kejahatan.

Sumber: Syafruddin (shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam, Kumpulan Puisi, Penerbit Pustaka Refleksi, 2008.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun