MEROBOHKAN RUMAH TUHAN
Manusia membangun rumahnya sendiri dengan dinding-dinding teori ilmu, menopangnya dengan batu bata eksperimen dan penelitian, atapnya disanggah  balok-balok akal yang merdeka dari nafas Sucinya sendiri.
Manusia membangun peradaban dari keringat alam, yang diikat sebagai budak dalam istana pengetahuan, dan harus melayani seluruh hasrat mewah tubuh-tubuh yang dimesinkan total teknologi.
Manusia hidup mewah dalam istana akal, yang berdiri megah mengangkang di atas rintihan alam, yang dipaksa melacur di ranjang-ranjang para raja, yang selalu aman dalam perlindungan para serdadu berseragam harimau liar padang tandus, dan deretan senjata yang bersiaga dengan otak elektronik.
Manusia dengan kekuasaan yang diramu dari biji-biji debu yang berkeliaran, telah merobohkan rumah Tuhan. Â Sebab suara-suara mendendangkan keabadian dari menara dan lonceng-lonceng suci, mengganggu tidurnya pada waktu pagi dan pada waktu petang.
Sumber: Syafruddin (shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam, Kumpulan Puisi, Penerbit Pustaka Refleksi, 2008
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H