Mohon tunggu...
syafruddin muhtamar
syafruddin muhtamar Mohon Tunggu... Dosen - Esai dan Puisi

Menulis dan Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kesombongan Ilmu

27 Mei 2022   15:49 Diperbarui: 27 Mei 2022   15:56 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KESOMBONGAN ILMU

Tumpukan buku-buku bercerita tentang dirinya sendiri; tentang kebenaran yang ada di mulutnya setelah mengunyah sepotong bintang dan sepenggal mutiara dari ketinggian cakrawala tak terhingga dan kedalaman samudera yang maha; dadanya membusung seperti gunung yang berdiri di atas kaki kesombongannya; "kebenaran itu tunggal dan tidak boleh dibagi, itu hanya milikku sendiri". Ia berkata.

Di atas meja ilmu, kebenaran telah jatuh sebagai cermin yang berkeping-keping. Setiap tangan memungut kepingannya yang runcing dan setiap jiwa telah merasa memiliki kebenaran. Dan akhirnya setiap perjumpaan adalah perseteruan tentang kebenaran, sebab sang kebenaran telah dibatasi dengan pagar-pagar kepemilikan. Setiap kaki yang melangkah jauh dari miliknya, maka runcing kepingan cermin itu akan menumpahkan darah.

Tumpukan buku-buku di atas meja ilmu hanya mengajarkan tentang cara memiliki bintang-bintang dan mutiara, tidak mengajarkan bagaimana menjadi bintang, bagaimana menjadi mutiara.

Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun