HIKMAH KEABADIAN
Bersemilah jiwa yang ditanam dalam genangan darah penderitaan karena rindu pada ketakterbatasan Cinta. Bermekaranlah kelopak-kelopak bunga yang tumbuh karena tanahnya dialiri air kesucian terpendam dalam. Menyeruaklah aroma  harum nafas yang dihembuskan pada riak angin berlari riang.
Setiap zaman diutus manusia-manusia suci memberi tanda akan keabadian. Setiap zaman pula hasrat-hasrat memilih berdiam di gundukan tanah-tanah yang runtuh ketika diguncang gempa. Peringatan disampaikan setiap denyut nadi kehidupan, lewat matahari dan rembulan yang tiada letih silih berganti menyampaikan berita.
Indahlah jiwa yang menangkap setiap hikmah yang lewat bersama musim yang berlabu dan berlalu.
Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H