Mohon tunggu...
syafruddin muhtamar
syafruddin muhtamar Mohon Tunggu... Dosen - Esai dan Puisi

Menulis dan Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Perlawanan

11 Mei 2022   10:38 Diperbarui: 11 Mei 2022   10:44 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SAJAK PERLAWANAN

Setiap kejatuhan yang ditimpakan lewat jendela-jendela rumahmu, sambutlah ia dengan mematahkan sayab iblis yang mengepak dalam hati. Patahkan pula pedang tajam mengkilap saat kau asah di bawah terik matahari, sebab permusuhan tanpa perjanjian adalah teriakan siang yang ingin jadi malam saat matahari masih berdiri di tengah langit.

Setiap derita yang dipaksakan lewat pintu-pintu rumahmu, jemputlah ia dengan tangan-tangan bidadari mengembang dari padang-padang hatimu yang tersenyum. Lipatlah tangan-tangan setan yang gemetar menegang dari permukaan dendam mendidih. Dalam peperangan dengan perjanjian: hujamkan mata pedangmu seperti badai yang  mengamuk di sahara padang pasir bersama angin menderu mendesiskan tajam mata hati, yang diasah dalam bara api penderitaan. Biarkan ceceran darah musuhmu tumpah dijilati anjing kusta yang lapar.

Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun