Bersandar aku pada dahan rapuh pengetahuan, yang dicetak dari daun-daun kering keraguan. Mengantarku pada keyakinan yang ragu akan aku, pada taman-taman bunga dan bening sunyi gua para pertapa sejati. Rene Descartes menyulap wajah Eropa menjadi belukar besi dan baja yang elok dipandang mata, namun setiap jiwa dicekam ragu yang pasti. Dan di musim akhir peradabannya kini, desah kalbunya merindukan kepastian nada abadi dari setiap hembusan angin yang bertiup dari timur.
Aku adalah sejarah yang telah membantaih wahyu dengan pedang akal di belantara gelap aufklarung, menjadi kepingan-kepingan berserakan di hamparan salju membeku.
Aku adalah penggal abad yang telah mengganti urat-urat darah menjadi kabel-kabel, yang dialiri kegamangan dan kehampaan. Aku tak mengenali diriku sendiri, sebab aku telah dimesinkan mantra-mantra filsafat, yang diramu dari daun-daun kering dan keraguan.
Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008. Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H