MATA ZIONIS
Nyalang matanya memperhatikan setiap gerakmu menggendong bulan dan merengkuh matahari. Awas geraknya mengendus setiap langkahmu, seperti anjing yang mengawasi mangsa. Kewaspadaan lawanmu menjadi wajar sebab cahaya bulan dan sinar matahari adalah mahkota setiap  harapan.
Nyalang mata para perampok mengamati singgasanamu yang berkilau emas hati yang diberkahi. Awas tingkahnya menyusun taktik perampasan setiap degub jantungnya yang iri. Tetapi kewaspadaanmu yang lalai telah membuat kantong-kantong jaketnya menyembul oleh harta warisanmu yang hilang.
Kelalaian hati adalah pintu pasti tembusnya mata perampok yang nyalang, yang  mengawasimu tanpa kedipan. Lihatlah terompah nabimu telah raib di taman mesjid Al-Quds.
Â
YANG BERBOHONG TENTANG WAKTU
Sepotong duka menjadi keping dari reruntuhan jiwa yang malang. Mulut-mulut serakah monyet-monyet rimba telah membohongi sejarah bahwa waktu berakhir tepat di tapal batas pandangan. Sepotong duka itu adalah milik para penikmat kata-kata yang bergembira di antara jalinan kebohongan zaman.
Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H