ISYARAT KECIL BUNGA-BUNGA FIRDAUS
Berbahagialah bunga-bunga yang tumbuh di taman-taman sejarah yang dipagari anak Abdullah dengan luruh cahaya dari  arasy. Semerbak harumnya ditiupkan oleh jiwa mutiara Ilahi, terpendam dalam hira sejuta masa pengabdian cinta tiada tara. Berbahagialah, sebab selendang suci mengikat aurat kujur tubuhmu dan membebaskanmu dari jeratan mata liar binatang-binatang bernadi nafsu birahi.
Bersedihlah kembang-kembang yang berjejer dipusaran abad dikelilingi kawat-kawat besi berduri kehidupan kini. Kawat baja dicipta dari gugus debu lempung yang pekat. Bersedihlah, sebab tubuhmu tidak lagi berbalut kerudung indah cucu Abdullah. Dirimu menggigil bugil dibelit sorot mata yang berkubang  lumpur birahi.
Berbahagialah bunga-bunga liar yang mungil. Semesta mengangkatmu sebagai ratu para bunga di taman Firdaus yang menawan.
Bersedihlah kembang-kembang jenaka yang manja. Zaman memilihmu menemani sampah-sampah yang hanyut di sungai bersama bandang lumpur. Tetaplah jenaka, karena takdir kesedihan itu juga tergenggam dalam rahasiaNya yang tak terduga.
Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI