Mohon tunggu...
syafruddin muhtamar
syafruddin muhtamar Mohon Tunggu... Dosen - Esai dan Puisi

Menulis dan Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tasbih

15 April 2022   16:08 Diperbarui: 15 April 2022   16:10 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
id.depositphotos.com

TASBIH

Gemerincingnya memecah hening malam bisu diterkam gelap. Membangunkan serentang rindu yang menggelantung, menggamit hasrat berjumpa kekasih. Jemari-jemari menari melagukan pujian pada keindahan tak terjamah, mata redup ditingkahi sendu wajah jelita yang hadir seketika, dalam cawan hati meluap busa doa-doa. waktu meleleh tak tertampung di bibir kesadaran yang mulai mabuk.

Gemerincing tasbih kini terpencil di dalam lipatan-lipatan zaman, diganti kerlap kerlip kunang-kunang listrik berjejer bergumam, cahayanya menghibur totem pada malam saat keramat abad  dihadirkan di setiap etalase hati manusia.

Tasbih zaman berlari sepanjang lorong-lorong angker sunyi belantara sepi, diantara huruf-huruf gagab sejarah, ketika menyebut Nama Agung yang memberi tanda kehadiranNya disetiap kedipan mata.

Tasbih bersembunyi dibalik detak-detak jantung kehidupan, gemerincingnya menyahut setiap rindu yang dikirim dalam kado dosa berwarna jingga.

Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun