KHOTBAH DI DEPAN RERUMPUTAN
Mulutku berbusa-busa ketika memberi khotbah pada serumpun rumput-rumput di padang yang tanahnya retak-retak sebab dibohongi musim. Satu persatu kisah meluncur dari tenggorokanku tentang kebaikan dari periode ke periode, yang bermula dari taman firdaus hingga berhenti di ubun-ubun ka'bah. Rumput-rumput itu syahdu tertunduk menyimak setiap kalimat yang berlari bersama angin kemarau, bertiup sedikit malu-malu dan hinggap di helai daun-daun.
Mulutku semakin berbusa ketika hampir seluruh ayat-ayat suci telah keluar lewat bibir yang menari seperti pepohonan diterpa badai. Hingga tiba-tiba seseorang memotong suaraku; "jadi tuhan itu dimana?"
Mulutku berhenti berbusa, lalu lidahku berujar; tanya rumput yang bisu.
Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H