[caption id="attachment_36806" align="alignleft" width="332" caption="ilustrasi"][/caption] Jika di Lapas Pondok Bambu Jakarta Timur ada sel V-VIP maka di Lapas Mappedeceng Kabupaten Luwu Utara Sulsel ada “sel neraka”.
Sebutan “neraka” itu dilontarkan oleh keluarga Safrilla alias Edo (Napi)yang ditemukan mati menggenaskan dalam sel B-6 pada hari kamis 22 Desember 2011. Lehernya terikat rapi pada sehelai sarung bermotof kotak-kotak di pentilasi.
Pihak Lapas Mappedeceng berkesan tergesa-gesa menyimpulkan bahwa Edo bunuh diri. Padahal saat itu, hasil visum belum dikeluarkan oleh dokter dan olah TKP pun belum disimpulkan.
Sangat berbeda halnya dengan keluarga almarhum. Menurut mereka tidak ditemukan tanda pisik lazimnya orang gantung diri pada tubuh Edo seperti lidah menjulur, tidak terdapat sperma dan kotoran pada duburnya. Bahkan menurut Sahabuddin Usman (ayah Edo), leher almarhum kemungkinan patah. Sebab ketika badan diballik saat jasad dimandikan, kepala tidak ikut membalik.Selain tanda fisik, menurutnya tempat Edo ditemukan tergantung pun amat tinggi. “apa yang digunakan anak saya untuk naik ke tempat itu” imbuhnya.
Kejanggalan kematian itu mendorong Sahabuddin Usman menuntut agar kematian anaknya itu diusut. Penegasannya, kami bukan tidak ikhlas hanya saja kami tidak inginkan kejadian serupa terulang kembali. Sudah dua kali terjadi kematian di Lapas Mappedeceng ini.
baca juga Link terkait
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/455085/
http://www.palopopos.co.id/?vi=detail&nid=47221
2.
4.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H