Mohon tunggu...
Syafruddin dJalal
Syafruddin dJalal Mohon Tunggu... profesional -

bagi Kompasianer yang satu ini, hanya ada satu Indonesia yakni Indonesianya, Indonesia Anda dan Indonesia kita. Mengapa harus berbeda tegasnya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ada Cinta di Sarang Penyamun

13 Februari 2010   09:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:56 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_73617" align="alignleft" width="105" caption="sumber : google"][/caption]

MEDASING, tokoh dalam novel Sutan Takdir Alisjahbana berjudul “Anak Perawan di Sarang Penyamun”, terkulai lemah. Ia mengalami luka-luka dalam sebuah aksi perampokan. Ia mengira bahwa orang yang hendak dirampoknya itu adalah saudagar tapi ternyata serdadu kompeni

Dalam perjalanannya dari Kota Pagar Alam menuju Palembang, tepatnya di tepi hutan, Haji Saha, seorang saudagar di rampok oleh para penyamun pimpinan Medasing. Kecuali satu yang tak terbunuh dalam peristiwa itu yakni Sayu (anak gadis sang saudagar malang itu) dan istrinya bernama Nyi Haji Andun, Ia berhasil meloloskan diri.

Itulah sukses terakhir kali yang dialami oleh Medasing dalam merampok. Setelah itu, mereka terus mengalami kegagalan bahkan banyak anak buahnya yang terbunuh. Yang tersisa Cuma, Sanip. Tapi Sanip pun kemudian tewas tatkala Ia berdua Medasing menjalankan aksinya, yakni merampok. Dalam peristiwa itu, Medasing berhasil meloloskan diri dengan membawa luka-luka serta rasa pilu mendalam akibat kematian Sanip, anak buah yang cuma tinggal satu-satunya itu dan paling disayanginya.

Puncak kegagalannya itu adalah akhir dari aksi kejamnya selama ini. Dan menjadi awal baginya untuk hidup sebagai orang yang baik. Semua itu tidak jatuh dari langit melainkan melalui sebuah proses yang bermula dari CINTA. Sebuah perasaan yang tumbuh di Sarang Penyamun.

Sayu merasa iba melihat Medasing yang kini seorang diri itu terluka. Dan rasa itu menepis ketakutannya selama ini terhadap sang pemimpin garong itu. Mungkin pula menampik amarah yang ada pada dirinya terhadap Medasing lantaran ayahnya dibunuh oleh para penyamun itu. Ya… Sayu hanyalah seorang anak perawan yang masih punya nurani untuk menolong sesama manusia, sekalipun orang itu patut dibencinya seperti Medasing. Tak ada dendam!

Ia selama dalam sekapan itu, jarang bicara bersama Medasing. Berbeda halnya dengan Samad. Samad adalah anak buah Medasing yang bertugas mengintai dan member info kepada Medasing tentang calon korban rampokan. Sejak pertama-kali melihat Sayu, Samad langsung jatuh cinta. Ia selalu berjanji kepada Sayu untuk membawa Sayu ke luar dari hutan (sarang penyamun). Mulanya Sayu tergerak tapi lama-kelamaan Sayu mengatahui kebusukan di balik niat Samad itu, Ia pun menampik ajakannya tersebut dan lebih memilih bertahan di dalam hutan.

Sesungguhnya kegagalan beruntun yang dialami oleh Medasing adalah ulah Samad yang membocorkan rencana Medasing kepada oarng yang hendak dirampok. Sehingga mereka telah mempersiapkan diri tatkala Medasing dan para anak buahnya menyatroni meraka. Olehnya itu seluruh anak buah Medasing terbunuh setiap kali mereka merampok. Terakhir kali Ia tak mengetahui bahwa yang ia rampok adalah serdadu kompeni. Medasing terluka dan Sanip, anak buah yang paling Ia sayangi pun tewas. Kini dalam hutan tinggallah Sayu dan Medasing yang terluka.

Sayu merawat Medasing.

Singkat cerita, Medasing menuturkan seluruih kisah hidupnya. Ia sesungguhnya adalah seorang anak saudagar yang dirampok kemudian di bunuh. Sama seperti Sayu, Medasing diangkat menjadi anak oleh pemimpin kawanan garong. Setelah ayah angkatnya meninggal, Medasing menjadi pemimpinnya. Kawanan penyamun yang Ia pimpin itu tak lain adalah warisan dari ayah angkatnya,

Sesungguhnya, Medasing sendiri, tak pernah bercita-cita jadi perampok. Hanya saja ia hidup dan besar di lingkungan rampok, jadinya tak ada kerja lain yang Ia ketahui, selain merampok.

Mendengar perjalanan hidupnya, Sayu merasa ibah terhadap Medasing. Ia pun terus merawatnya. Melihat ketabahan seorang anak perawan yang selalu merawat perampok yang terluka, Medasing jadi tergugah.

Akhirnya, Sayu berhasil membujuk Medasing untuk ke luar dari persembunyiaannya setelah persediaan makanan habis.

Mereka menuju Kota Pagar Alam. Setibanya di sana, mereka mendapatkan info bahwa Nyai Haji Andun, ibu Sayu, ternyata masih hidup dan tinggal di pinggir kampung. Info itu diperolehnya dari pemilik rumah yang dulu jadi milik Haji Sahak.

Kabarnya, Nyai Haji Andun menderita sakit setelah peristiwa perampokan yang dialaminya. Ketika itu, puluhan kerbau dan dagangan lainnya, di jarah. Suaminya dibunuh dan anak perawannya tak Ia ketahui ke mana rimbanya. Selama itu, Nyai Haji Andun selalu mengigaukan Sayu.

Betapa bahagianya, Nyai Haji Andun tatkala melihat anak perawannya itu berdiri tepat di hadapannya. Rasa bahagia menjelujuri keduanya. Tapi semua itu tak berlangsung lama, Nyai Haji Andun pun mangkat. Kenyataan itu, membuat Sayu mengalami kepedihan lain.

Melihat peristiwa tersebut, Medasing jadi malu hati dan menyadari kekejaman yang selama ini Ia lakukan, terlebih bagi keluarga Sayu. Ia insyaf, dan berubah total. Kemudian menjadi derwamawan. Namanya pun berubah menjadi Haji Karim. Akhitr cerita, Ia hidup damai bersama Sayu sebagai pasangan suami-istri. Tamat.

Sebuah karya sastra mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan rujukan dalam kehidupan ini. Demikian pula Rusyana (2002) mengungkapkan “bahwa naskah mengandung kemungkinan yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan memajukan peradaban bangsa, yaitu usaha untuk mencapai tingkatan cerdas, berbudi, dan sejahtera. Oleh karena itu, nilai-nilai yang berasal dari pengalaman masa lalu yang terkandung dalam naskah itu diungkapkan agar dapat diketahui, diapresiasi, direnungkan, dan digunakan sehingga menjadi sesuatu yang aktual dalam kehidupan masa kini”

Bagi Pipin Dasripin (Metasastra : 15/11/2009), Tema dalam novel Anak Perawan di Sarang Penyamun ini adalah tema sosial, yaitu kekerasan dapat luluh oleh keanggunan dan kesabaran seorang wanita. Dari sisi lain tema dalam novel ini dapat dirumuskan bahwa kejahatan akan selalu kalah oleh kebaikan.

Tapi bagi saya, novel ini hendak mengatakan hidup ini akan lebih baik jika dilakukan dengan cinta. Seperti kata Bunda Theresia, “Sedikit orang di antara kita yang dapat melakukan pekerjaan besar. Tapi banyak orang di antara kita yang dapat melakukan pekerjaan kecil dengan cinta yang besar”.

Maka mulailah segalanya dengan cinta !!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun