"Kenapa, Cantik? Kamu dimana? Aku membutuhkanmu sekarang."
Penulis dengan bebasnya mengobrak-abrik dengan beringas semua yang "tak masuk akal" di kepalanya. Misalnya saja, cerita berjudul "Teruskan, Semakin Sakit Semakin Baik", hendak menyingkap perihal budaya yang berbeda dalam sebuah rumah tangga. Isu-isu yang dibahas amat populer, sampai-sampai kita tak lagi menemukan batasan soal tabu atau tidaknya sesuatu. Pun, bahasa-bahasa yang diadopsi adalah frontal untuk segi apapun, sebab ini menyuguhkan sesuatu yang baru dan hendak mencapai popularitas dalam genrenya.
Kalau boleh saya katakan, sastra populer menemukan marketnya ketika cerita yang termaktub benar-benar inovasi. Artinya, seseorang dapat menghadirkan cerita yang sama, tapi juga menghendaki cerita yang dihadirkan akan melompati yang sebelumnya. Elemen-elemen alam, isu yang sedang hangat, diluar nilai budaya yang ada dan sesuatu yang mengarah pada kebebasan ekspresi. Remaja hingga orangtua akan menemukan minatnya disana, adapun sebagai hiburan sampai dijadikan sebuah penelitian.
Lalu, kompleksnya kumpulan cerpen ini ditandai oleh judul cerita yang sama dengan judul bacaan oleh Rieke Saraswati. Hendak memikirkan bagaimana sebuah cerita cinta dirakit dengan sangat kompleks, sampai-sampai pembaca bukan lagi membaca, namun menonton dan mulai mencocok-cocokan kebetulan-kebetulan yang terjadi di kehidupan nyata. Apalagi dengan bahasanya yang dekat, tidak memakai diksi yang aneh-aneh, dan nekat dalam mendeskripsikan.
Pada intinya kumpulan cerpen ini adalah simbolisme dari sastra populer pada zaman ini, mengakuisi banyak jenis sastra yang dianggap popularitasnya lebih tinggi. Namun, menurut saya buah pikiran dari Rieke mendapat tempat tersendiri bagi pembaca yang menyukai kedalaman sebuah cerita, bahasa yang mudah dan rumah bagi kisah-kisah pribumi atau ingin mengenal pribadi orang-orang dari luar negeri.
Dengan kekayaan---isme dalam tiap-tiap dialog dan narasinya, tentunya karya sastra ini terbuka untuk segala jenis diskusi dan penelitian. Kesimpulan yang didapat melingkupi progresivitas sebuah budaya, yang mengejar ketertinggalan lalu hendak merefleksikannya.
Daftar Pustaka:
Rahardi, R Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
Saraswati, Rieke. 2015. Cukup Sekian Cerita Cinta Untuk Hari Ini. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Susilo, Daniel. Kodir, Abdul. 2016. "Politik Tubuh Perempuan: Bumi, Kuasa, dan Perlawanan" Jurnal Politik, Volume 1, No 2. Malang: UNM Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H