Mohon tunggu...
Syafriansyah Viola
Syafriansyah Viola Mohon Tunggu... Pegawai Negeri Sipil -

suka baca fiksi dan sekali-sekali....menulis!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Revitalisasi Bangsa Lewat Penanaman Revolusi Mental dalam Tumbuh Kembang Keluarga

28 Agustus 2015   22:58 Diperbarui: 28 Agustus 2015   22:58 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: www.kompasiana.com

Keluarga merupakan unit terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga dalam peran dan fungsinya sebagai penyelenggaraan pembinaan anak-anak, sekaligus sebagai perangkat sosial terkecil dan sistem norma dalam masyarakat dan kehidupan berbangsa.

Sosiolog Stephen Sanderson membedakan keluarga menjadi dua (2) tipe, yakni: Pertama, keluarga batih atau keluarga inti (nuclear family). Kedua, keluarga luas (extended family). Stephen Sanderson menjelaskan, keluarga inti adalah suatu unit kekerabatan yang terdiri dari pasangan suami-istri yang menikah dan memiliki keturunan.

Keluarga inti memelihara suatu rumah tangga bersama dan bertindak bersama-sama sebagai suatu satuan sosial. Sedangkan, keluarga luas artinya kelompok kekerabatan yang terdiri dari sejumlah keluarga inti yang bertalian menjadi satu dan bertindak sebagai satu kesatuan. Perkawinan tidak dilihat semata-mata hanya hubungan dua orang individu, tetapi juga hubungan antar dua kerabat atau keluarga.

Disini pentingnya meletakkan keluarga sebagai salah satu pilar strategis dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang berkarakter dan berkepribadian. Namun untuk sampai ke sana, bukan jalan yang mudah. Keluarga merupakan identitas dan jati diri bangsa, sebagai komponen terkecil perlu dibina dan dilindungi oleh pemerintah.

Apalagi saat ini, serbuan budaya-budaya asing yang merusak dan menggerus sendi-sendi kehidupan terus menggerogoti nilai kebangsaan. Untuk itu, perlunya penyaringan nilai-nilai dan memperkuat integritas dan kekokohan peran keluarga dalam perubahan zaman. Bangsa yang besar dididik dan tumbuh dari nyala api optimisme keluarga. Dalam upaca menciptakan sebuah bangsa yang besar maka pemerintah perlu terlibat dan hadir dalam semangat kebangsaan yang berbasis keluarga.

Untuk itu, pemerintah melancarkan program pendidikan mental yang mencakup pemahaman hakikat kebangsaan secara holistik dan representatif. Program ini dikenal dengan nama Revolusi Mental. Program ini juga merupakan landasan dasar yang memuat nilai-nilai etika dan norma dalam pembentukan keluarga yang saling terkait satu sama lain.

Keluarga sebagai anggota warna negara yang memiliki semangat revolusi mental ini bisa menerapkan dan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terbentuk karakter bangsa. Uraian dan penjabaran Revolusi Mental dalam tumbuh kembang keluarga ini saya terjemahkan sebagai berikut.

1/ Kecerdasan Spiritual dan Keagamaan

Landasan moral paling elementer dan mendasar dari keluarga ada pada kecerdasan spiritual dan keagamaan. Orang tua menjadi teladan atau model of rule bagi anak-anak dalam pembentukan aspek rohani dan spiritual. Contoh, Orang tua mengusahakan agar anak-anak bersembahyang bersamanya pada waktu-waktu secara disiplin, dan pada hari jumat, ayah mengajak anak lelakinya pergi ke mesjid.

Anak-anak juga di ajarkan ilmu agama dan pengenalan terhadap keberadaan Tuhan. Praktek-praktek itu diharapkan membawa menuju ketenangan dalam kelangsungan hidup. Penanaman moral dan spiritual dengan tidak melepaskan peran dan kehadiran Tuhan dalam segalam macam aktivitas kehidupan akan berpengaruh pada pembentukan karakterr moral yang kuat terhadap anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun