Syafriansah Viola/No Peserta. 110
Perkenalkan, namanya Bob. Kini, usianya sudah 25 tahun. Wajahnya ganteng dan badannya besar. Pipinya lebar dan cubby. Kamu pasti gemes pengen mencubit pipinya. Dia seekor orang utan.
Kini Bob hidup dalam sunyi di sebuah karantina hewan. Bob menjadi pemurung dan hampir tak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulutnya. Keriangan adalah hal yang menakutkan bagi Bob. Tak satu pun para penghuni karantina hewaan itu tau sebab musabab aksi tutup mulut Bob. Terkecuali, rimba tua itu.
Dua tahun lalu...
Ya, rimba tua itu adalah saksi bisu hidup Bob. Sore itu, Bob sedang asik bergelantungan di atas pohon besar sambil mengunyah pisang. Ia memakan buah kuning itu dengan lahap sekali. Sekawanan babi hutan lewat, dan menyapa Bob. “Kayaknya nikmat sekali pisang mu, Bob? Bagi dong?”
Bob cuek, dan menyeletuk: “Enak aja! Pergi sana..” Bob coba mengusir kawanan babi itu dengan sebelah tangannya.
Tak berapa lama. Ada pula seekor tupai besar yang mendekati Bob. Tangannya terulur minta pisang. Hmmm. Bob sedang lapar berat, sehingga dia tak mau membaginya.
Ada pula Desi, sepupu Bob yang berusia 4 tahun lebih muda darinya. Dia duduk dengan manis di depan Bob. Desi berusaha menggoda Bob. Sayang, pisang lebih menggoda bagi Bob daripada sosok Desi. “Gak ngaruh kok, Des!”
Tak jauh dari Bob, sang ibunda Bob, Merry sedang bersantai di dahan pohon. Adik Bob yang masih berusia lima tahun bergelantungan di dahan itu, tak jauh dari induknya. Mery sangat sayang sekali dengan Bob dan anak-anaknya.
Malapetaka itu pun tiba. Manusia datang. Tangan manusia mengayunkan kapak, menebang, merobohkan pohon-pohon yang perkasa. Bunyi gergaji mesin bergema di rimba tua ini. Suaranya bersorak dan bergemuruh. Lalu, api menyala dan membakar seantero hutan.