Kalo saya terserang bad mood. Saya memilih berselancar ria di Kompasiana. Mampir dari satu lapak ke lapak lain milik para kompasianers. Bercanda ria, bertegur sapa, atau sekedar basa basi. Membaca ulang respon dan komentar teman di lapak kompasianers lain itu cukup membantu memulihkan bad mood saya.
Ada yang kocak, lucu dan imut-imut. Kadang geli-geli empuk juga bacanya. Yang lain, eksentrik, serius dan tegang. Saya kadang kesentrum bacanya. Hanya bisa menganggung-angguk saja. Atau, ada juga easy going, familiar dan teduh. Saya jadi ingat petuah mamah Dedek, sejukk dihati bacanya.
3/ Rangkul Bad Bood, Jangan Dilawan.
Melawan bad mood, adalah sebuah pekerjaan sia-sia. Terimalah dia apa adanya. Kalo lagi bad mood ya nikmati saja. Biasanya, bad mood membuat alat indra kita lebih peka dan sensitif. Gendang telinga lebih halus, hanya mau mendengar suara-suara yang menyejukkan. Hidupkan musik. Pilih lagu yang cocok dengan suasana hati, sesuaikan volume. Tempelkan tanda: Maaf, Jangan diganggu di pintu kamar.
Sensitifitas mata akan cenderung ingin melihat warna-warna yanng cerah. Manjakan mata dengan warna-warna hijau, biru, putih, jingga, merah, kelabu, atau ungu. Bagaimana perasaan saya ketika merespon warna-warna itu? Apakah saya melihat warna dalam pikiran saya? Apa warna kesukaan saya ketika sedih atau senang?
Saya sering mencoba trik ini dengan menggunakan bola lampu listrik yang berwarna. Hasilnya, lumayan. Lumayan lega, maksudnya.
Akhir kata, ketika kelegaan dan bad mood sudah reda. Saya seperti manusia baru lagi. Saya sudah siap melakukan aktivitas pekerjaan dan kembali segar untuk menulis. Kalo saya tidak salah ingat, begitulah isi pesan kakek berjanggut putih dalam mimpi saya itu. Selamat datang, good mood!
Salam Hangat!