Inilah Caleg Super Hero Kita. Illustras foto: (www. merdeka.com)
Pemilu 2014 lebih kurang tinggal seminggu lagi. Hingar bingar kampanye pun sedang berlangsung. Para calon legislatif (Caleg) mati-matian melancarkan strategi mengenjot perolehan suara pemilih. 1001 cara dan strategi dilancarkan para calon legislatif (Caleg) untuk memenuhi keinginan mereka agar bisa duduk dikursi empuk gedung parlemen yang terhormat. Alhasil, berbagai cara pun ditempuh para caleg bisa meraih simpati pemilih agar bisa dipilih. Berikut ini strategi yang dipakai oleh para Caleg Cerdas dalam menggoda pemilih untuk memilih mereka menuju parlemen.
1.Door To Door Campaign (DTDC).
Kampanye dari rumah ke rumah menemui para pemilih. Bahasa politiknya, blusukan. Rumah yang didatangi adalah rumah yang pemiliknya masuk Daftar Pemilih Tetap (DFT). Kampanye ini saya nilai efektif dan efisien dalam menggaet suara, karena masyarakat dapat langsung mengetahui figur dan program yang diperjuangkan si caleg.
Kampanye ini juga dianggap lebih persuasif. Masyarkat tak perlu mengeluarkan energi dan meluangkan waktu khusus untuk datang berkumpul ke suatu tempat untuk mendengarkan caleg memperkenalkan diri dan menyampaikan visi dan misinya. Tapi dengan mendatangi rumah warga memberi sentuhan sendiri bagai pengenalan sisi ketokohan si caleg.
2.Money Politics
Fenomena bagi-bagi uang menjelang Pemilu 2014, bukan berita baru. Malah, menurut saya, berita ini sudah basi. Pasalnya, dizaman modern saat ini, mana ada doa penolak rezeki. Tak heran, mendadak menjamurnya para kandidat Caleg yang berkantong tebal dan bermurah hati. Mau bagi-bagi uang. Mereka yakin, bahwa aksi bagi-bagi uang ini akan mampu memenangkan mereka merebut kursi.
Logikanya begini, dengan kekuatan uang yang besar. Nilai nominal uang Cuma-Cuma berkisar Rp 50 ribu- Rp 150 ribu/ perkepala. Hitung berapa harga yang dikeluarkan untuk jumlah suara yang dibutuhkannya 1 kursi menjadi anggota Dewan. Saya ingatkan bagi caleg yang berkantong tebal, pikirkan lagi cara ini. Kalo caleg itu menang, itu berita bagus bagi mereka. Tapi kalo kalah, siap-siap Rumah Sakit Jiwa menampung anda.
3.Aksi teatrikal Caleg
Banyak jalan menuju Roma. Lain caleg lain pula aksi dan tingkahnya. Ketika kita menyetel tivi, baca Koran, atau jalan-jalan ke pasar. Kita dengan mudah menemukan aksi teatrikal para caleg dalam menarik simpati pemilih. Ada yang lucu ada juga yang kreatif. Kadang saya susah juga membedakan antarayang kreatif dan senewen. Ada caleg yang mendekati pemilih dengan menulis surat cinta. Ada juga yang menjadi super hero. Ada caleg yang menempelkan fotonya dibungkus rokok, di galon air, nangkring di atas pohon atau dibungkus gorengan. Ada caleg yang naik delman keliling kampung. Aksi ini, cukuplah menjadi media hiburan bagi warga dari kejenuhan rutinitas.
Pemilih Cerdas
Nah, sekarang saya menunjuk anda. Ya, Anda. Yang saya tunjuk adalah Anda yang masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Sebagai pemilih yang punya hak pilih sebaiknya kita punya standar sedikitlah untuk memilih caleg idola atau caleg pilihan kita. Berikut ini standar yang saya buat untuk memilih caleg yang sesuai di hati dan dikepala:
1.Rekam jejak
Informasi tentang caleg mutlak kita butuhkan. Ibarat bak kata pepatah, Jangan beli kucing dalam karung. Sebagai pemilih sedikit banyak kita mesti tau rekam jejak si caleg. Seperti apa keterlibatan caleg di masyarakat. Bagaimana karier politiknya. Apa yang pernah ia kerjakan untuk masyarakat. Bagaimana keluarganya.
Selain itu, pemilih juga harus mengetahui profil caleg-caleg yang akan dipilihnya. Rekam jejaknya harus jelas, misalnya bagaimana kepeduliannya terhadap warga sekitar? Kepedulian terhadap solusi kerusakan lingkungan? Pemberantasan tindak pidana korupsi? Belum pernah masuk penjara atau melakukan tindak pidana?
2.Visi misi
Berikutnya soal visi dan misi caleg. Kita sebagai pemilih hendaknya mengetaui visi dan misi apa yang dibawa si caleg. Visi artinya mau kemana kita dibawa selama 5 tahun ke depan. Misi artinya apa yang mesti dilakukan selama 5 tahun ke depan. Tentunya ada proses dan tahapan. Dengarkan apa yang keluar dari mulut si caleg. Selain mendengarkan, kita coba kritis juga. Untuk itu, kita pasti bisa berpikir, si caleg ini termasuk kategori relistis atau Cuma suka gombal atau Omdo (Omong Doang)
3.Kedekatan emosional dan geografis
Satu pengalaman yang pernah saya dapat, kalau daerah kita ingin maju dan berkembang. Jalan mau dibangun, jembatan rusak diperbaiki atau pengadaan infrastruktur lainnya. Pilih caleg yang berasal dari daerah anda sendiri. Lho, kenapa? Ada kedekatan emosional disana. Ini penting. Caleg yang memiliki kedekatan emosional dengan pemilihnya lebih tau dan mengerti apa yang terjadi di daerah pemilihannya. Tau soal masalah-masalah masyarakat yang terjadi di seputar lingkungan daerah pemilihannya.
Akhir kata, pergunakanlah hak pilih kita sebaik mungkin. Jangan mau dirayu-rayu dengan omongan doang. Nasib daerah kita 5 tahun kedepan ada ditangan kita sendiri.
Salam buat Pemilih Cerdas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H