Mohon tunggu...
Syafriansyah Viola
Syafriansyah Viola Mohon Tunggu... Pegawai Negeri Sipil -

suka baca fiksi dan sekali-sekali....menulis!

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

5 Pertanyaan Untuk Menyalakan (Lagi) Api Romantisme

11 April 2014   06:12 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:48 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1397145812992222950

Banyak orang, termasuk saya. Jauh dilubuk hati, menginginkan suatu hubungan romantisme yang abadi. Tak peduli banyak waktu dan energy yang sudah terbuang demi mencari seseorang yang kita cintai. Yang terjadi, malah sebaliknya. Banyak kesalahan muncul, hal manusiawi, sepanjang usaha pencaharian itu. Saat saya muda dulu, saya pikir orang lain pun mengalami hal ini. Saya membayangkan tentang kekasih ideal saya: hobi, pakaian, pandangan, minat, bakat, dan caranya mencintai saya.

Imajinasi saya terbentuk atas kebutuhan dan dambaan saya yang terdalam, saya bisa merasakannya lewat lagu, film atau roman picisan. Dari sana, saya coba merangkai sosok mengenai orang yang akan saya cintai dan mengapa saya mencintainya. Ternyata, saat saya jatuh cinta dengan wanita itu, dan akhirnya menjadi istri saya. Sosoknya sangat berbeda dengan sosok wanita dalam bayangan saya selama ini.

Akhirnya saya sadar, wanita yang ada dalam bayangan saya selama ini sebenarnya hanya menyulitkan otak saja. Imajinasi itu palsu. Dan saya harus membuang jauh bayangan itu agar tetap memiliki hubungan asmara harmonis yang sekarang saya jalani.

Adalah satu pelajaran yang sangat berharga, dalam keharmonisan. Seberapa jauh kita mengangap telah memahami diri kita sendiri, atau seberapa kuat keyakinan kita mengenai apa yang sedang kita cari dalam diri seorang pasangan. Saya selalu terkejut lagi dan lagiatas kesenangan dan kegetiran yang ditimbulkan oleh Cinta.

Saat jatuh cinta, kita terbenam dalam imajinasi kuat tentang orang yang kita cintai. Tiap pikiran, nafas, dan mimpi kita adalah mengenainya. Namun, tindakan “jatuh”, pada dasarnya hanya bersifat sementara. Dalam beberapa sudut, kita sedang menuju akhir. Kita harus menemukan suatu cara untuk membawa hubungan yang indah itu masuk ke dalam dunia kerja, makan, bersantai, keluarga, teman dan rekan kantor.

Berikut 5 pertanyaan sederhana yang saya buat untuk melukiskan dalam refleksi diri. Kalau ada kawan, sahabat yang mau menambahkan itu sangat membuat saya senang sekali.


  1. Apa yang ingin saya bagi bersama pasangan saya? Dukungan emosional? Seksualitas? Persahabatan? Ikatan spiritual? Hubungan Intelektual? Suatu gaya hidup dan hobi yang sama? Kesenangan? Sesuatu yang lain? Bagaimana saya memprioritaskan keinginan saya itu? Bagaimana pasangan saya memprioritaskan itu?
  2. Apa sifat-sifat yang menghalangi saya menjadi seorang pasangan yang lebih baik dibandingkan sekarang? Apakah saya cemburuan, selalu tergantung, terlalu menuntut, tak dapat dipercaya, sering cemas? Apa sifat-sifat negatif lainnya dalam diri saya? Apakah saya mau berubah? Seberapa berhasilnya saya memahami dan mengatasi masalah ini dengan suatu cara yang sehat?
  3. Apa sifat-sifat yang paling disukai pasangan saya? Apa yang paling ia cintai dalam diri saya? Apakah sifat-sifat itu sama dengan apa yang saya temukan dalam diri saya? Sifat-sifat mana yang paling tidak dia sukai? Apakah kekurangan-kekurangan itu sama dengan apa yang saya lihat dalam diri saya? Apakah ia mencintai saya seperti apa adanya saya? Apakah kami saling terbuka mengenai sifat yang kami sukai dan tidak kami sukai dalam diri-masing-masing? Apakah kami menunjukan perasaan kami itu? Seberapa mampukah kami bersikap jujur satu sama lain?
  4. Apa yang tak pernah dibicarakan dalam hubungan kami? Mengapa saya tak menanyakan padanya? Adakah sisi emosional, spiritual, fisik atau sisi lain dalam hubungan kami yang ingin saya ungkapkan, namun terlalu takut untuk ?
  5. Bentuk hubungan seperti apa yang saya harapakan dengan pasangan saya untuk satu tahun mendatang? Lima tahun mendatang? Dua puluh lima tahun mendatang? Bagaimana saya bisa mencapai tujuan itu?


Ini hanya cuap-cuap belaka. Jangan terlalu dimasukan ke dalam hati. Menurut pendapat saya, jatuh cinta artinya merasakan kebesaran Tuhan. Atau analoginya seperti…angin sepoi-sepoi yang berhembus saat kita makan rujak buah di bawah pohon rindang.

Semriwing-semriwing…^_^”

Salam

Malam jam 11 teng, Jum’at Kliwon.

Kuala Tungkal, 10 April 2014

Sumber foto lihat disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun