Mohon tunggu...
Syafran Afriansyah
Syafran Afriansyah Mohon Tunggu... Dosen - Seorang dosen pada Perguruan Tinggi Islam sejak tahun 2000. Menekuni kajian Hukum Islam spesifikasi Fikih Muamalah.

Lahir tahun 1970, mengabdi dan bertempat tinggal di Kota Palembang. Latar belakang pendidikan, IAIN (sekarang UIN) konsentrasi Hukum Islam.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Jumat Ketika Kecil dan di Masa Pandemi

26 Juni 2020   20:42 Diperbarui: 26 Juni 2020   20:52 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masih ingat  saat kanak-kanak  sampai awal tahun 1980-an,  aku tingal di sebuah kampung yang sangat kental dengan nuansa keagamaan. Penduduknya yang 100 % beragama Islam adalah orang-orang yang taat melaksanakan ibadah dan ritual-ritual keagamaan. Musholla kecil yang hanya berjarak 2 rumah dari tempat tinggal ku selalu ramai oleh orang-orang yang melaksanakan ibadah shalat, mengaji, dan berbagai aktifitas lainnya.  Setiap hari saat menjelang maghrib aku dan beberapa teman telah siap di depan musholla, siap untuk melaksanakan shalat dan diteruskan mengaji menjelang waktu shalat isya'. Setelah shalat Isya'  barulah pulang kerumah.

Satu hal yang bagiku sangat menyenangkan dan terasa istimewa adalah pada hari Jum'at.   Suasana istimewa itu terasa sejak malam Jum'at, dimana para orang tua secara rutin melaksanakan pengajian di musholla. Musholla menjadi sangat ramai, hampir semua penduduk ikut ke mushalla termasuk juga ibu-ibu dan anak-anak. Kiayi Abdul Manaf, yang juga adalah guru mengaji kami, selalu tampil istimewa dengan sorban putih membalut rapih kepalanya, jas hitam dan kain yang terlihat baru, membuat aku selau kagum melihatnya. Begitu juga dengan ayah dan orang tua lain, semua tampil rapih dengan baju dan kain yang terlihat lebih bagus dari hari-hari biasanya. 

Ada lagi yang membuat hari Jum'at semakin istimewa dalam pandanganku, yaitu apa yang dilakukan oleh ibuku dan ibu-ibu lainnya.  Selain tampil rapih dan cantik, masing-masing mereka membawa makanan untuk dimakan bersama setelah pengajian usai.  Berbagi bentuk makanan khas kampung berkumpul menjadi satu di pojok mushalla, dan biasanya aku dan teman-teman selalu berusaha mencari tahu makanan apa sajakah yang nanti bisa kami nikmati. Ibuku biasanya selalu memasak "nasi lemak", nasi yang  dimasak dengan santan, sekarang saya mengenal nasi itu dengan sebutan nasi uduk yang bisa dijual pagi hari untuk sarapan. 

Nasi yang dimasak ibu kemudian dimasukkan kedalam nampan, diatasnay di tauri dengan bawang goreng, dan irisan telur dadar.  Ibu-ibu lainnya membuat aneka macam makanan, ada juga yaang memasak nasi seperti yang dimasak ibuku, ada yang membawa gorengan pisang, bakwan, roti, kates, pisang ambon dan lainnya.

Bagiku puncak istimewa pada malam jum'at itu adalah saat ritual makan bersama. Biasanya kami anak anak diberi hidangan khusus agar tidak mengganggu orang tua.  Aku selalu berusaha untuk mendapatkan makanan sebanyak-banyaknya,  begitu juga dengan teman-temanku, karena itu hidangan kami anak-anak habis lebih vepat dibanding dengan hidangan Ba[ak-Bapak dan ibu-ibu.  Tak jarang aku juga mendapat jatah tambahan dari ibu, yang secara sengaja tidak memakan jatahnya. Acara selesai setelah makan bersama. 

Suasana itimewa terus berlanjut keesokan harinya.  Suara beduk akan terdengar sekitar pukul 10.30, kami menyebutnya beduk mandi.  Mungkin maksudnya beduk yang dibunyikan sebagai tanda bahwa sudah saatnya mandi untuk persiapan shalat Jum;at. Acara bermain kami langsung bubar tatkala suara beduk mandi terdengar. Sungai Kelingi yang jernih yang tak jauh di belang rumah menjadi tempat berkumpul berikutnya. Ramai orang yang saat itu mandi, kami anak anak dan para orang tua laki-laki secara bersamaan mandi, menurut ayahku itu adalah mandi sunnah Jum'at.    

Masjid terletak di ujung kampung lebih kurang 4 KM jaraknya dari rumahku, suatu jarak yang bila diukur dengan ukuran saat ini cukup jauh, apalagi bila ditempuh berjalan kaki. Tapi tidak bagi kami, kami biasa berjalan kaki menuju masjid,  walau terkadang cuaca terasa cukup panas.    Kami biasa berjalan kemasjid bersama teman-teman, anak anak yang lebih tua dan bapak-bapak. Beberapa diantara kani ada yang bersepeda, termasuk ayah dan kakku. Mereka menggunakan sepeda ontel yang rodanya cukup besar. Aku lebih suka berjalan kaki, karena sepanjang jalan kami bisa bermain, dan bercerita. SEkali-sekali, bila aku sudah tertinggal oleh teman-teman  aku ikut naik sepeda bersama ayah dan kakak. 

Sungguh suasana yang sangat istimewa dan menyenangkan,  sehingga hari Jum'at menjadi hari yang selalu aku nantikan. Begitulah yang aku rasakan dari Jum'at ke Jum'at, bulan ke bulan  dan tahun ke tahun. Tak sekalipun aku meningalkan shalat Jum'at, walau dalam keadaan sakit sekalipun aku akan paksakan diri pergi ke masjid, dan istimewanya bila telah sampai di masjid badanpun tersa sehat.        

Sampai akhirnya..................

Pandemi itu datang, masjid di dekat rumahku dinyatakan tutup. Aku yang dipercaya sebagai ketua takmir masjid, dengan berat hati terpaksa membuat pengumuman yang isinya menyatakan bahwa masjid tidak menyelenggarakan shalat Jum'at  karena keadaan berbahaya akibat pandemi Covid-19, jama'ah dipersilahkan mengganti shalat Jum'at dengan shalat zuhur.

Beberapa kali aku memandangi pengumuman itu, namaku yang tertera di bagian bawah sebagai penanggung jawab masjid membuatku makin merasa berat. Ada degup kencang di dadaku, dan ada buliran air bening hangat keluar dari sudut mataku.  Setelah 40 tahun aku menikmati keindahan dan keistimewaan hari Jum'at, harus berujung dalam sebuah kenyataan,  aku  harus menutup masjid, tidak menyelenggarakan shalat jum'at.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun