Mohon tunggu...
Syafitri Pusparini Lestari
Syafitri Pusparini Lestari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru dari sekolah inklusif. Semangat belajar dan belajar bersyukur saya dapatkan dari melihat peserta didik berkebutuhan khusus. Saya seorang guru dari tahun 2011 di sekolah dasar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mempraktikkan Supervisi Akademik dengan Pola Pikir Coaching

14 Januari 2023   11:00 Diperbarui: 14 Januari 2023   11:26 1511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Supervisi akademik identik dengan penilaian administrasi dan cara mengajar guru oleh kepala sekolah atau guru senior. Pada saat supervisi biasanya guru cenderung sibuk untuk memenuhi administrasi dibanding dengan bagaimana cara mengajar yang menyenangkan sesuai dengan kebutuhan siswa. 

Pada modul Pendidikan guru penggerak, supervisi akademik bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid, untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah. Standar tenaga kependidikan pada Standar Nasional Pendidikan pasal 20 ayat 2:

Kriteria minimal kompetensi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. 

Supervisi akademik diharapkan  supervisor atau kepala sekolah memiliki paradigma berpikir dan keterampilan coaching dalam rangka pengembangan diri dan rekan sejawat. Supervisi akademik dengan pola pikir coaching adalah bagaimana kepala sekolah atau guru senior melakaukan pendekatan kepada guru atau rekan sejawat dengan menjadikan kekuatan guru sebagai alat dalam mengembangkan peserta didik. Arahnya guru akan menjadi lebih profesioanal sehingga terwujud budaya positif di sekolah. Selain itu juga visi sekolah yang sudah ada dapat tercapai dengan adanya supervisi ini. 

Di SD Muhammadiyah 1 Karanganyar, pada semester 2 ini model supervisi menggunakan pola pikir coaching sehingga supervisor melakukan pendekatan dengan model TIRTA yakni hadir sepenuhnya, mendengarkan aktif dan membuat pertanyaan berbobot. 

Instrumen penilaian dimulai dari Pra-observasi yakni supervisor menggali guru tentang tujuan pembelajaran, area pengembangan yang akan dicapai dan strategi yang digunakan pada prosesa pembelajaran. Kemudian Observasi pembelajaran di kelas, semua proses diamati dari kesiapan belajar, proses pembelajaran,  strategi dan refleksi. Setelah pengamatan, supervisor melakukan diskusi kembali kepada guru pada Pasca-observasi yaitu menggali catatan refleksi guru dan rencana tindak lanjut. 

Harapannya dari rencana tindaklanjut, guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar dan budaya positif di sekolah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun