Mohon tunggu...
Syafira Rachma Aulia Putri
Syafira Rachma Aulia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Sriwijaya

Hobi bernyanyi dan menari

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Patologi Sosial Remaja Kecanduan Menghisap Lem

7 Oktober 2023   14:29 Diperbarui: 8 Oktober 2023   15:28 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masalah sosial merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan oleh kebanyakan masyarakat, dikarenakan dianggap membahayakan, merugikan, dan dapat menggangu ketenangan masyarakat. Seiring berkembangnya zaman, fenomena masalah sosial semakin bermunculan, pelaku masalah sosial berasal dari berbagai kalangan baik oleh orang dewasa maupun remaja.

Remaja adalah generasi penerus, orang yang nantikan akan berperan aktif serta produktif pada masa depan bangsa. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan bagaimana perkembangan, pertumbuhan, dan lingkungan sekitar remaja. Ketika perkembangan remaja diperhatikan, lingkungan sekitar tempat tinggalnya positif, serta pergaulannya sehat, maka remaja tersebut dapat tumbuh menjadi remaja yang baik. Tetapi jika sebaliknya, maka remaja akan tumbuh menjadi individu yang negatif atau dapat dikatakan nakal.

Di Desa Cambai, kota Prabumulih, tidak sedikit remaja yang sedang dalam tahap mencari jati diri atau mengenali konsep diri mereka. Meraka yang sedang mencari jati diri bergabung atau saling bergaul satu sama lain. Dari hasil observasi menunjukan bahwa pergaulan remaja di Desa Cambai terbagi dua, pergaulan positif dan pergaulan negatif. Pada pergaulan positif remaja di Desa Cambai, mereka bergaul secara sehat, seperti bermain futsal bersama, atau hanya sekedar berbincang-bincang antar sesama mereka. Mereka pun, merupakan remaja yang diperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya oleh orang tua mereka. Sedangkan pada pergaulan anak yang negatif/nakal, mereka merupakan anak-anak yang kurang diperhatikan oleh orang tua mereka. Mereka melakukan aktifitas yang negatif, seperti merokok dan yang parahnya adalah menghisap lem Aibon. Awalnya dilakukan oleh salah satu di antara mereka saja, tetapi karena pergaulan di antara mereka, serta konsep diri yang belum mereka pahami, akhirnya mereka ikut-ikutan dan terpengaruh untuk melakukan hal negatif tersebut, yaitu menghisap lem Aibon.

Mulanya coba-coba, tetapi lama-kelamaan kecanduan. Terlabih lagi ketika melakukan aksi tersebut mereka melakukannya bersama-sama, yang membuat mereka merasa ada teman unuk meluncurkan aksi mengisap lem Aibon. Seperti yang dikatakan Hidaya & Mardliyah dalam jurnal penelitian mereka yang berjudul "Dampak Penggunaan Lem Aibon pada Kalangan Anak di Bawah Umur" tahun 2019, lem Aibon merupakan unsur kima berbahaya. Jenis zat lem Aibon tergolong zat adiktif berbahaya, sama halnya dengan menghirup minyak bensin, minyak tanah, dan lain-lain. Zat tersebut membuat para remaja merasakan atau mengalami sensai positif, seperti perasaan relaks dan kegembiraan sesaat. Menurut Yunus (2018) setelah menghisap lem, maka akan timbul sensai, seperti melayang-layang, halusinasi, hilang rasa lapar, hilang kesadaran, dan jika tubuh tidak kuat lagi, makan akan muntah-muntah. Inbalen (uap lem) mengandung unsur-unsur kimia yang bertindak sebagai depresen. Depresen memperlambat system syaraf pusat, mempengaruhi koordinasi gerakan anggota badan dan konsentrasi pikiran.

Lem Aibon sangat mudah untuk ditemukan di warung/tokoh dan harganya yang cukup terjangkau (Rafika, 2016). Remaja di desa cambai biasanya meluncurkan aksi menghisap lem di tempat-tempat yang sepi jauh dari pusat perhatian masyarakat. Terkadang juga di antara mereka melakukannya di waktu malam hari di depan ruko, di saat semua orang beristirahat di rumah-masing. Dari hasil pengamatan, remaja yang biasanya menghirup lem, memiliki ciri-ciri penampilan kusut, muka kusam, baju yang lusuh, tidak punya gairah seperti remaja pada umumnya, serta punya emosi yang tinggi.

Untuk itu, peran orang tua, sekolah, serta masyarakat sangatlah berperan penting, baik dalam memperhatikan perkembangan remaja maupun berperan penting dalam melakukan upaya untuk memperbaiki kebiasaan anak tersebut. Orang tua harus siaga dan lebih memperhatikan anak, bagaimana dia bergaul, siapa teman setongkrongannya, serta memberikan perhatian/kasih saying penuh kepada remaja sebagai anak di dalam keluarga. Sekolah harus memberikan pelajaran dan memberikan sosialisasi terhadap bahayanya menghisap lem. Mengedukasi anak untuk tidak melalukan sesuatu hal yang negative, karena akan berdampak buruk bagi siapapun yang melakukannya. Masyarakat pun dapat memberikan perhatiannya kepada remaja yang suka mengisap lem, seperti memberikan teguran tegas dan nasihat yang baik, daripada bersikap acuh seolah tidak terjadi apa-apa. Karena masyarakat memiliki kewajiban untuk memperhatikan seluruh remaja sebagai generasi penerus bangsa.

Sumber referensi ;

Rafika, C. (2016). Lemahnya Kontrol Sosial Pada Masyarakat Pedesaan (Studi Kasus Anak-Anak dan Remaja Kecanduan Menghisap Lem Aibon di Desa Suka Negeri, Kecamatan Topos-Kabupaten Lebong). Fokus Jurnal Kajian Keislaman Dan Kemasyarakatan, 1(1), 33-46.

Yunus, M. (2018). Dampak Patologis Menghisap Lem Pada Remaja. JIGC (Journal of Islamic Guidance and Counseling), 2(2), 229-240.

Hidaya, N., & Mardliyah, U. (2019). Dampak Penggunaan Lem Aibon pada Kalangan Anak dibawah Umur. Jurnal Faksi: Fase Kemajuan Sosial dan Politik, 4(2), 17-30.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun