Mohon tunggu...
Syafira Pratistha
Syafira Pratistha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Pariwisata FIB UGM

Menekuni dalam bidang menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kecak Garuda Wisnu : Magnet Budaya bagi Wisatawan Lokal dan Internasional

16 Desember 2024   23:07 Diperbarui: 16 Desember 2024   23:17 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi di Garuda Wisnu Kencana, Bali (Sumber : dokumentasi pribadi)

Garuda Wisnu Kencana (GWK) merupakan salah satu atraksi budaya yang cukup populer di Pulau Dewata Bali. Daya tarik wisata yang ditawarkan pada destinasi ini adalah bermacam-macam seperti patung Garuda Wisnu Kencana yang erat dengan kebudayaan yang ada serta pentunjukkan tarian kecak di waktu tertentu. Destinasi ini menjadi pilihan bagi wisatawan saat mengunjungi Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Keberhasilan Bali dalam menarik wisatawan untuk mengunjungi keindahan alam dan budayanya memberikan manfaat bagi stakeholder GWK.

GWK dan pertunjukkan Tari Kecak Garuda Wisnu menjadi salah satu tujuan destinasi dalam kegiatan kuliah lapangan kami sebagai mahasiswa S1 Pariwisata. Kami mengunjungi GWK di hari kedua setelah kedatangan kami di Pulau Dewata Bali. Disana, kami disuguhkan keindahan alam serta budaya yang indah dan beragam, salah satunya pertunjukkan Tari Kecak Garuda Wisnu. Bagi masuarakat Bali, Tari Kecak tidak hanya sekedar seni pertunjukkan, melainkan juga menyiratkan akar tradisi Bali. Tarian ini merupakan tradisi yang cukup sakral dan diwariskan secara turun-temurun, sehingga sangat dihormati bagi masyarakat Bali. Hal yang membedakan pertunjukkan Tari Kecak Garuda Wisnu dengan pertunjukan Kecak lainnya adalah, pada pertunjukkan Tari Kecak Garuda Wisnu mengkolaborasikan tariannya dengan pertunjukkan ogoh-ogoh. Ini menjadi salah satu daya tarik yang unik dan membedakan.

Kami berkesempatan untuk menonton Tari Kecak Garuda Wisnu pada pukul 18.00 di Lotus Pond, taman terluas yang dimiliki GWK dengan tebing karst yang mengelilinginya. Pengunjung yang turut menonton berasal dari berbagai rombongan yang mengunjungi GWK. Sebelum pertunjukkan dimulai, pengunjung diarahkan untuk memindai tautan untuk melihat bagaimana sinopsis dari alur cerita Tari Kecak Garuda Wisnu.

Tari Kecak Garuda Wisnu dan pertunjukkan ogoh-ogoh (Sumber : Dokumentasi pribadi)
Tari Kecak Garuda Wisnu dan pertunjukkan ogoh-ogoh (Sumber : Dokumentasi pribadi)

Halaman tempat penyelenggaraan pertunjukkan yang cukup luas ternyata tidak menutup kemungkinan semua pengunjung dapat menonton pertunjukkan dengan baik. Lokasi pementasan tarian tidak menggunakan panggung dan bagi pengunjung yang menonton pertunjukkan tidak dapat menonton secara leluasa. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan posisi yang cocok saat menonton pertunjukkan dimana beberapa pengunjung apabila beruntung dapat menonton di tangga akan mendapatkan view tarian yang indah sekaligus dengan latar belakang sunset. Selain itu, ada juga pengunjung yang hanya bisa menonton di tanah lapang dengan tinggi yang sama dengan tempat pementasan. Ini yang kerap kali membuat pengunjung resah akibat tidak dapat fokus menonton pertunjukkan karena terdapat banyak distraksi.

Selain itu, yang menjadi kekurangan dari pertunjukkan ini adalah, kurangnya crowd control yang disediakan pihak GWK. Karena, saat pertunjukkan berlangsung beberapa pengunjung yang ingin melewati Lotus Pond mengalami kesulitan karena semua jalur mobilitas dipenuhi oleh wisatawan yang menonton Tari Kecak. Ini juga menimbulkan ketidaknyamanan bagi wisatawan yang menonton tarian, karena dengan mudah terdistraksi dengan beberapa pihak. Ketidakstabilan dari pengunjung dalam menonton pertunjukkan harapannya dapat menjadi evaluasi bagi pihak GWK.

Ketiadaan nya crowd control dari pihak GWK juga memperburuk pengalaman pengunjung saat mencoba mencari jalan keluar setelah menyaksikan pertunjukan.. Dengan tebing karst yang mengelilingi kawasan halaman GWK, jalur keluar yang tersedia menjadi berliku dan membingungkan, terutama bagi mereka yang tidak mengenal area tersebut dengan baik. Sebagai pengunjung, kemarin kami sempat kebingungan untuk menemukan jalan kembali. Selain itu, kami juga terpisah dari rombongan sehingga kami harus saling tunggu-menunggu agar seluruh anggota kelompok dapat kembali berkumpul. Situasi menjadi lebih rumit karena tidak adanya petunjuk arah yang jelas. Pengalaman tersebut menunjukkan perlunya perbaikan dalam pengelolaan keramaian dan penambahan fasilitas informasi di GWK, seperti papan petunjuk yang lebih jelas atau penempatan petugas di titik-titik strategis, agar pengunjung dapat menikmati kunjungannya dengan lebih nyaman dan terorganisir.

Pada kasus ini, pihak GWK perlu lebih sadar terkait adanya permasalahan ini demi meningkatkan kenyamanan bagi pengunjung. Sebaiknya pengelola Taman Budaya GWK memberikan perhatian serius terhadap penciptaan tempat yang nyaman dan kondusif bagi penonton. Hal ini mencakup penyediaan tempat menonton yang memadai dengan akses pandang dan kondisi yang memadai serta fasilitas pendukung lainnya. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan penonton dan juga memperkuat reputasi GWK sebagai salah satu destinasi wisata budaya di Bali yang cukup diminati wisatawan.
Meski begitu, kami tetap menikmati pertunjukkan dengan baik. Beberapa pengunjung mendokumentasikan pertunjukkan, dan beberapa lainnya meminta untuk foto bersama dengan para penari ketika pertunjukkan selesai. Nyatanya, pertunjukkan Tari Kecak Garuda Wisnu yang sangat meriah tetap memberikan pengalaman yang berkesan bagi para wisatawan disamping kekurangan yang dimilikinya. Harapannya lewat publisitas wisatawan akan membantu GWK untuk selalu melakukan evaluasi atas bagaimana perkembangan destinasi wisata dan tetap menjadi destinasi wisata budaya yang digemari oleh wisatawan dalam maupun mancanegara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun