Mohon tunggu...
Syafira Nur Kurota
Syafira Nur Kurota Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa Universitas Airlangga angkatan 2023 program studi Ilmu Hubungan Internasional. Menulis merupakan salah satu hobi saya selain bernyanyi, berolahraga, membaca buku, menari, dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Film

Feminisme dan Animasi: Representasi Kesetaraan Gender dalam Film Disney

22 Juni 2024   02:00 Diperbarui: 22 Juni 2024   02:12 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film Disney dan Representasi Kesetaraan Gender

Menurut Jane (2021), kesetaraan gender adalah gagasan bahwa setiap orang harus dilayani dengan setara dan tidak didiskriminasi hanya karena identitas gender kodrati mereka. Istilah "gender" mengacu pada perbedaan karakter perempuan dan laki-laki berdasarkan konstruksi sosial budaya yang berkaitan dengan sifat, status, posisi, dan peranannya dalam masyarakat. Istilah "seks" mengacu pada perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki secara biologis, terutama yang berkaitan dengan prokreasi dan reproduksi. Ciri biologis ini tidak dapat dipertukarkan dan datang secara alami. Namun, saat ini masih banyak terjadi isu-isu gender yang mempengaruhi masyarakat sosial seperti ketidakadilan pada peranan gender, dimana budaya patriarki yang masih dianut oleh sebagian masyarakat di kancah global. Ketidakadilan gender ini umumnya berasal dari perbedaan gender dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam hal akses ke pendidikan dan sumber daya keuangan. Ketika berkaitan dengan hubungan internasional, masalah gender dan feminisme semakin meningkat. Teori-teori tentang feminis dan hubungan internasional telah muncul sejak tahun 1990 (Jacqui True, 2001). Teori ini bertujuan untuk menghentikan dominasi kaum pria yang dianggap berlebihan. Wardhani (2015) menyatakan bahwa perspektif feminisme ini pada dasarnya muncul sebagai gerakan emansipasi yang menuntut kesetaraan dan kebebasan. Kaum feminis sebelumnya menganggap hal ini tidak adil. Dalam hal ini, yang menjadi perhatian utama adalah kesetaraan gender yang ada dalam tatanan dunia internasional. Perspektif feminisme pada dasarnya berusaha untuk melihat gender sebagai faktor penting dalam memahami konteks kekuasaan global dan hubungan internasional. Agenda utama dari perspektif ini adalah bahwa wanita harus memiliki hak, peran, dan kesetaraan pendapat yang seharusnya dipertimbangkan dalam tatanan internasional dan bagian dari hubungan internasional. Ketika feminisme muncul dalam berbagai cara, hubungannya dengan ranah hubungan internasional semakin kuat. Memahami kesetaraan gender berarti mengakui bahwa setiap orang, tidak peduli jenis kelaminnya, berhak atas perlakuan yang setara dan adil dalam semua aspek kehidupan. Untuk meningkatkan kesadaran tentang kesetaraan gender melibatkan berbagai upaya, mulai dari pendidikan hingga advokasi publik. Seperti media massa, khususnya film, berfungsi untuk menyebarkan kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender di dunia dewasa ini. Film, sebuah karya seni audio visual, banyak digunakan sebagai cara untuk menghibur masyarakat atau penontonnya. Film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan. Perkembangan film dapat memengaruhi cara masyarakat melihat dunia nyata dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi khalayaknya karena mereka dapat menjangkau berbagai sekmen sosial. Selain itu, karena mereka dapat menjangkau penonton di seluruh dunia dengan cara yang lebih interaktif dan visualis daripada media lainnya, mereka dapat berfungsi sebagai alat yang efektif untuk menyebarkan informasi secara global, yang memungkinkan mereka untuk berkontribusi pada hubungan internasional. Salah satu contohnya yaitu Disney yang merupakan sebuah perusahaan film animasi dari Amerika Serikat. Disney memiliki sejarah panjang dan banyak film produksinya terkenal yang diterima dengan baik, menjadikannya produsen film global yang sangat dihormati dan sukses. Karyanya memiliki banyak peminat global. Pada tahun 1923, Walt Disney dan Roy O. Disney mendirikan perusahaan hiburan ini, yang sekarang menjadi salah satu perusahaan hiburan terbesar di dunia melalui film animasinya. Disney tidak hanya membuat film animasi untuk hiburan, tetapi juga untuk menyampaikan pesan dan informasi. Film Disney terkenal dengan cerita-cerita yang menarik, penuh petualangan, keajaiban, dan pesan moral yang positif yang dapat menarik penonton dari berbagai usia. Sebagai media massa, Disney sering dipandang sebagai upaya untuk menjadi peran untuk menyebarkan nilai-nilai kesetaraan gender, terutama di Indonesia. Disney semakin menyadari betapa pentingnya budaya seni dan estetika dalam menyampaikan pesan dan informasi tentang kesetaraan gender. Seperti film produksi Disney, yang kini terdapat pengembangan karakter pada tokoh perempuannya, secara tidak langsung merepresentasikan teori feminisme dalam Hubungan Internasional. Sesuai dengan pernyataan Ratna (2012), yang menyatakan bahwa feminisme adalah gerakan yang didirikan oleh kaum perempuan untuk menentang hal-hal yang dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial secara keseluruhan. Teori feminisme ini berfokus pada analisis gender dan bagaimana gender mempengaruhi perilaku dan keputusan yang diambil masyarakat.

Pada awalnya, Disney menampilkan karakter perempuan yang terbatas perannya dalam masyarakat sosial. Hal ini mencerminkan ideologi dan realitas sosial yang didominasi oleh laki-laki dan diskriminasi terhadap perempuan. Namun, Disney mulai menampilkan gagasan yang lebih kontemporer dan setara dalam film-film terbarunya yang menarik perhatian penulis, seperti Mulan (2020) dan Raya and The Last Dragon (2021) seiring dengan munculnya gerakan feminisme. Karakter perempuan pada film-film barunya lebih menunjukkan sifat-sifat yang sensitif, berani, mandiri, dominan, dan tidak terikat pada kehidupan rumah tangga. Hal tersebut lebih sesuai dengan ideologi dan realitas sosial yang dianggap perempuan di era modern. Dalam film Mulan, digambarkan bahwa perempuan tidak memiliki kesempatan yang sama seperti laki-laki. Dari film Mulan, digambarkan bahwa perempuan hanya diperuntukkan untuk menjadi istri, ibu rumah tangga, dan membawa kehormatan jika menikah dengan pria yang memiliki status sosial yang tinggi. Perempuan tidak diberi kesempatan dalam banyak hal, seperti berkarir dan menunjukkan bakat mereka. Bakat yang dimilikinya dalam bertarung diacuhkan oleh masyarakat sekitarnya bahkan oleh kaisar kerajaannya. Hingga pada suatu saat dimana Mulan berhasil menyelamatkan kerajaan dari para pemberontak yang ingin membunuh kaisar dan menjatuhkan tahtanya dengan kemampuan hebatnya dalam bertarung menggunakan ilmu chi dalam sebuah peperangan. Semua upaya Hua Mulan ini berhasil meningkatkan statusnya di masyarakatnya sekaligus mengubah pemikiran kuno bahwa perempuan hanya bisa berlindung di balik kekuatan pria saja. Pada akhirnya, Hua Mulan diterima dengan baik oleh masyarakat dan kerajaan karena chinya yang luar biasa. Hua Mulan bergabung dengan prajurit terbaik untuk mengelola kerajaan, menunjukkan bahwa perempuan juga mampu bekerja keras seperti laki-laki.

Sementara itu, dalam film Raya and The Last Dragon menceritakan gadis pendekar yang dilatih untuk menjaga permata naga Sisu. Dia ingin menghidupkan kembali ayahnya dan seluruh masyarakat yang telah berubah menjadi batu akibat tindakan Druun, yang memicu wabah kebencian di dunia fantasi Kumandra. Harapan ayahnya adalah mencari naga terakhir yang dapat menghentikan ancaman Druun dan mengembalikan kedamaian ke tanah Kumandra. Ia mengembara melalui Kumandra selama enam tahun untuk mencari naga terakhir yang dapat menyelamatkan manusia di Kumandra. Selain menghadapi tantangan, Raya juga belajar untuk memiliki rasa percaya dan bekerja sama dengan orang-orang yang ia temui selama perjalanannya mencari serpihan permata sihir naga Sisu yang terpencar. Setelah sekian pertarungan dan perjuangan yang berat, Raya dan teman-temannya berhasil mempercayai Namaari untuk mengembalikan permata naga Sisu yang rusak dan mendamaikan Kumandra. Dari contoh kedua film Disney tersebut dapat dilihat bahwa semua gender sangat berperan aktif dalam menghadapi permasalahan sosial yang ada. Masyarakat modern sudah seharusnya memberikan kesempatan untuk semua gender dan kalangan masyarakat untuk memberikan kontribusi mereka melalui pendapat maupun potensi yang dimilikinya. Film-film Disney ini memang tidak mempengaruhi kebijakan internasional secara langsung, tetapi mereka dapat membantu masyarakat lebih memahami kesetaraan gender dan peran gender dalam hubungan internasional. Selain itu, karakter-karakter tokoh Disney yang setara dan kontemporer dapat membantu mengubah stereotip dan pandangan yang tidak adil terhadap perempuan serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesetaraan. Walaupun belum ada dampak yang signifikan, beberapa fenomena baru masyarakat saat ini lebih menghargai kesetaraan gender dan menerima stereotip modern mengenai gender.

Layanan streaming milik Disney, Disney Plus, melaporkan penambahan 7,9 juta pelanggan baru pada kuartal kedua tahun 2022, menambah total 137,7 juta pelanggan di seluruh dunia. Jumlah pelanggan Disney Plus meningkat di Amerika Serikat (AS) dan Kanada dari 44,4 juta pada tahun sebelumnya menjadi 7,1 juta. Di masa mendatang, Disney Plus berencana untuk menawarkan paket berlangganan dengan iklan yang lebih murah untuk meningkatkan jumlah pelanggannya. Dengan demikian, peminat film Disney di seluruh dunia terus meningkat setiap tahun. Peminat film Disney akan semakin menyadari dampak film heroik feminisme pada tokoh mereka, terutama film terbaru tahun 2020 seperti "Mulan dan Raya dan The Last Dragon", yang membahas kesetaraan gender. Peneliti juga menemukan bahwa beberapa adegan dalam film Mulan mengandung simbol atau tanda yang berkaitan dengan kesetaraan gender. Film Disney yang menampilkan feminisme memiliki dampak besar pada masyarakat. Perubahan karakter dan plot cerita dalam tiga belas film animasi Putri Disney dipengaruhi oleh gelombang feminisme yang muncul di berbagai masa. Disney juga terus membuat film animasi dengan mengikuti keadaan masyarakat, salah satunya adalah gelombang feminisme yang terus muncul dan berkembang yang menekankan bahwa perubahan perlu dilakukan karena banyak warga masyarakat terkena dampak budaya patriarki. Penyebaran film Disney yang membahas feminisme menyebabkan perubahan pendapat di masyarakat. Disney Princess menunjukkan bagaimana femininitas berkembang dari generasi ke generasi sesuai dengan perubahan masyarakat. Selain itu, film Disney berfungsi sebagai media yang menunjukkan transformasi feminin sesuai dengan perubahan masyarakat.

Disney telah mendapat kritik dan kontroversi karena perspektif gender dalam beberapa film animasi. Karena perkembangan feminisme dan kesetaraan gender yang terjadi pada karakter Disney Princess yang berkembang, mereka menjadi lebih berani, mandiri, dan mampu membuat keputusan sendiri. Namun, feminitas tetap ada, ditunjukkan oleh gambaran tubuh, rambut, kulit, suara, gerakan, emosi, ambisi, dan peran, yang merupakan refleksi dari kehidupan sehari-hari. Sebuah studi menunjukkan bahwa Disney belum sepenuhnya menggambarkan peran perempuan setara dengan laki-laki dalam film Mulan dan Raya and The Last Dragon karena dalam kedua film tersebut masih terdapat nilai-nilai patriarki dan perempuan terus tertindas dan tunduk pada aturan yang dibuat oleh laki-laki. Disney juga menghadapi kritik tentang representasi budayanya, yang terkadang dianggap dangkal atau tidak autentik. Kritik ini menekankan pentingnya keterlibatan budaya yang lebih luas dan menghormati keunikan setiap budaya. Masih ada beberapa elemen yang perlu diperbaiki agar dapat lebih mewakili kesetaraan gender dan menampilkan perempuan sebagai tokoh heroik yang tangguh dan mandiri. Walaupun demikian, Disney terus memperoleh penggemar baru setiap tahun berkat kesuksesannya dalam membuat karakter animasi yang kuat dan dapat dipercaya oleh penonton. Banyak orang menyukai karakter animasinya, yang menjadikannya sangat populer. Hal ini terkait dengan dimensi karakter dari fisiologi, sosiologi, dan psikologi, sehingga karakter tersebut terlihat hidup dan memiliki keinginan sendiri. Disney berhasil membuat kisah film heroik perempuan seperti Mulan yang menampilkan esensi perempuan yang sebenarnya dan berjuang melawan stereotip perempuan, menginspirasi generasi muda untuk memperjuangkan hak-hak gender dan melakukan pergerakan kebebasan berpendapat. Karakter-karakter ini memberikan inspirasi yang baik bagi penonton dari berbagai usia sambil menunjukkan representasi budaya yang lebih beragam dan inklusif. Efek psikologis, yang melibatkan sisi emosional, membuat orang lebih memahami suatu hal melalui kisah yang digambarkan melalui audio dan sinematografi yang indah. Selain itu, sebagai perusahaan hiburan terbesar dan salah satu kekuatan budaya utama di Amerika Serikat, Disney memiliki dampak yang signifikan terhadap dunia internasional. Disney telah melakukan banyak hal untuk meningkatkan representasi perempuan dalam film-filmnya, mendukung kesetaraan gender di seluruh dunia. Contoh karakter heroik seperti Mulan dan Raya dapat mendorong pembicaraan tentang seberapa penting peran perempuan dalam pemerintahan dan organisasi internasional. Disney menggunakan strategi untuk memasarkan filmnya di seluruh dunia dengan rilis internasional, kerja sama dengan studio lokal, dan pemasaran yang disesuaikan dengan budaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun