Mohon tunggu...
syafira nurhaliza
syafira nurhaliza Mohon Tunggu... Konsultan - pelajar

hobi membaca dan menonton

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dari Militer ke Media Sosial sebagai Transformasi Citra Prabowo untuk Pemilih Muda

26 Desember 2024   19:29 Diperbarui: 26 Desember 2024   19:50 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hallo teman teman!

Seperti yang kita ketahui, dalam perkembangan politik yang semakin kompleks, media sosial telah menjadi bagian penting dari pembentukan citra politik dan narasi. Dulu, media konvensional seperti televisi, radio, atau koran adalah satu-satunya cara untuk melihat kampanye politik. Namun, berkat kemajuan teknologi digital, komunikasi politik telah berubah sepenuhnya. Politisi dapat menggunakan media sosial sebagai alat penting untuk langsung menyampaikan pesan mereka kepada masyarakat tanpa harus menggunakan media massa.

Platform seperti Instagram, TikTok, Twitter, dan Facebook bukan hanya tempat untuk berbicara, tetapi juga tempat di mana politisi dan pemilih berinteraksi satu sama lain. Politisi sekarang tidak hanya berbicara kepada publik, etapi juga berbicara dengan mereka, menciptakan percakapan dua arah yang memberikan rasa keterlibatan yang lebih besar. Dengan cara ini, politisi dapat membangun hubungan emosional dengan masyarakat, terutama dengan kelompok demografis yang berbeda. Pesan dapat disesuaikan untuk menarik perhatian kelompok tertentu, seperti generasi muda yang kini menjadi basis pemilih terbesar di Indonesia.

Namun, di balik semua kesempatan ini, media sosial juga memiliki beberapa tantangan masalah tersendiri. Kecepatan dan kemudahan aksesnya bisa menjadi bumerang. Di satu sisi, mereka memberikan akses langsung kepada jutaan orang. Tetapi di sisi lain, mereka membuka peluang bagi disinformasi, manipulasi narasi, dan pencitraan palsu yang dapat merusak kepercayaan publik. Oleh karena itu, politisi tidak hanya harus menarik perhatian, tetapi juga harus memastikan bahwa pesan mereka asli dan konsisten.

Pilpres Indonesia 2024 menunjukkan bagaimana media sosial dapat mengubah perspektif orang dengan melihat calon pemimpin. Salah satu figur yang paling menonjol dari banyak kandidat adalah Prabowo Subianto, yang memiliki latar belakang di bidang militer dan dikenal sebagai pemimpin tegas. Namun, ia mengambil langkah yang sangat berbeda di era internet saat ini dengan memanfaatkan media sosial untuk menunjukkan sisi baru dari dirinya yang lebih santai, ramah, dan hangat.

Mungkin kalian bertanya-tanya bagaimana seorang Prabowo yang terkenal keras dan serius, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan media sosial yang lebih santai danpenuh humor? Bahkan sekarang ia disebut "kakek gemoy", yang merujuk pada sosok kakek yang menggemaskan dan lucu. Perubahan citra ini menunjukkan bagaimana media sosial dapat menjadi alat ampuh untukmenjkalin kedekatan pemosional dengan pemilih, terutama generasi muda.

Dalam artikel ini, kita akan mempelajari lebih lanjut tentang cara Prabowo menggunakan media sosial untuk mengubah citra dirinya. Bagaimana pendekatan komunikasi ini dibuat? Apa masalah yang dia hadapi di dunia maya saat ini? Apa yang bisa kita pelajari dari metode kreatif ini? Saya akan membahas semuanya secara menyeluruh, memberikan wawasan tentang bagaimana politik modern telah berkembang seiring dengan kemajuan teknologi.

Transformasi Citra Prabowo, dari Militer ke “Kakek Gemoy”

Prabowo Subianto yang selama ini dikenal sebagai sosok politik dengan karakter tegas, berwibawa, dan keseriusan yang khas, telah lama menjadi representasi seorang pemimpin dengan latar belakang militer yang kuat. Sebagai mantan perwira tinggi TNI, citra yang dia bangun selalu berpusat pada prinsip disiplin, rasa nasionalisme, dan mempertahankan kedaulatan negara. Sejak ia mulai terjun ke dunia politik, citra ini sudah menjadi bagian penting dari setiap kampanye politiknya.

Namun, pemilihan presiden 2024 membawa tantangan baru dalam cara Prabowo berkomunikasi dengan pemilih, khususnya generasi muda yang jumlahnya sangat besar. Prabowo menyadari bahwa dia perlu cara baru untuk menarik perhatian publik di tengah transformasi besar dalam komunikasi politik yang disebabkan oleh pengaruh media sosial. Ini akhirnya menghasilkan taktik yang cukup mengejutkan, yaitu menggunakan konsep "kakek gemoy" untuk mengubah citranya dari sosok formal dan serius menjadi lebih santai, ramah, dan mudah diterima.

Strategi Transformasi ke “Kakek Gemoy”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun