Mohon tunggu...
Syafira Noor Pratiwi
Syafira Noor Pratiwi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Gizi Universitas Diponegoro

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ketahanan Pangan Tak Sekedar Kuantitas

15 Agustus 2014   14:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:29 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Ada berbagai penjelasan atau pengertian ketahanan pangan, baik dari pakar maupun organisasi di dalam dan luar negeri. Organisasi dunia yang bergerak di bidang pangan di bawahPBB, FAO, mengatakan bahwa ketahanan pangan ada ketika semua orang, setiap saat, memiliki akses fisik, sosial dan ekonomi untuk memenuhi pangan yang aman dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka dan preferensi makanan untuk hidup yang aktif dan sehat. Dari pengertian itu dapat disimpulkan bahwa ketahanan suatu negara dikatakan baik apabila seluruh rakyatnya bisa memenuhi kebutuhan pangan yang tujuannya adalah untuk dapat hidup dengan sehat dan produktif.

Namun, tujuan ketahanan untuk hidup dengan sehat bertolak belakang dengan adanya peningkatan prevalensi penyakit degenartif seperti diabetes melitus, stroke, dan hipertensi. Di era globalisasi ini, untuk mendapatkan makanan sudah tak sulit lagi. Bahkan bukan perkara yang susah untuk mendapatkan makanan produk luar negeri yang tidak dapat diproduksi sendiri. Di mall, supermarket, bahkan di pasar tradisional pun memiliki produk luar negeri untuk dijual. Dengan segala kemudahan di era ini, baik dari segi produksi maupun distribusi, masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan berbagai jenis makanan. Namun, hal ini tidak diiringi dengan peningkatan kualitas makanan. Makanan yang beredar di masyarakat kebanyakan tinggi lemak jenuh, lemak trans, kolesterol tinggi garam dan kurang serat.Fenomena inilah yang mengakibatkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif.

Tidak hanya penyakit degeneratif, penyakit kronis berbahaya seperti kanker, ginjal dan liver juga mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh zat aditif atau bahan tambahan pada makanan buatan atau kimia baik pengawet, pemanis, pewarna, penyedap bahkan aroma. Semua zat aditif buatan tersebut bila digunakan terus menerus dapat meracuni tubuh. Apalagi apabila disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab yang kadarnya dilebihkan atau menggunakan zat aditif yang tidak seharusnya dikonsumsi oleh manusia seperti formalin, boraks, dan pewarna tekstil.

Banyaknya makanan yang tidak aman membuat kualitas pangan di Indonesia perlu mendapat perhatian lebih. Perlu adanya kebijakan untuk mengontrol makanan yang beredar di masyarakat secara berkala, terutama pada makanan yang tidak berizin seperti jajanan yang ada di pinggir jalan.

Ketahanan pangan bukan hanya soal kuantitas dari ketersediaan makanan tetapi kualitas dari makanan tersebut juga harus diperhatikan seperti nilai gizinya, kecukupannya, mutu dan keamanannya (tidak berbahaya), dan sesuai dengan kebutuhan harian masing – masing individu. Tujuan akhir ketahanan pangan suatu negara sebenarnya adalah status gizi. Dengan status gizi yang baik, negara akan mendapatkan investasi kemanusiaan atau kualitas sumber daya manusia yang berkualitas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun