Ketidakefektifan komunikasi sering terjadi dalam dunia keperawatan, seperti banyaknya komplain masyarakat terkait perawat yang cuek bahkan ketus saat berkomunikasi baik dengan pasien maupun keluarga pasien. Antara perawat dan tim kesehatan pun tidak luput dari kegagalan komunikasi efektif.
Sebagai contoh, sebuah studi CRICO mengungkapkan kasus dimana kegagalan komunikasi antara seorang perawat dan dokter bedah berujung fatal. Perawat tidak menyampaikan bahwa pasien pasca operasi mengalami nyeri perut dan penurunan jumlah sel darah merah, yang merupakan tanda jelas pendarahan internal. Akibat kelalaian ini, pasien akhirnya meninggal karena pendarahan yang tidak tertangani.
Selain membahayakan keselamatan pasien, komunikasi yang buruk membawa dampak serius lainnya. Pasien sering menghadapi penundaan panjang di berbagai tahapan perawatan mereka di rumah sakit, yang sebagian besar disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara staf medis. Kondisi ini memperlambat penanganan, memperpanjang masa rawat inap, dan berkontribusi pada skor kepuasan pasien yang rendah, serta merugikan citra operasional rumah sakit secara keseluruhan.
Untuk mencegah adanya ketidakefektifan dalam komunikasi, sikap perawat yang ditunjukkan dengan pasien sangat mempengaruhi keberhasilan hubungan teraupetik yaitu :
1. Gerakan Tubuh
Pasien dan keluarga melihat dari segala sesuatu yang perawat lakukan dari sikap tubuh, ekspresi wajah seperti bersenyum, kontak mata, saat berbicara sedikit membungkuk, tidak melipat tangan atau memasukkan ke kantong.
2. Jarak
Saat berinteraksi dengan pasien jangan terlalu dekat.
3. Sentuhan
Dilakukan secara tenang untuk menganalisis kondisi pasien dan respons. Perlu diperhatikan pada pasien tertentu, seperti tidak mau disentuh sama lawan jenis.