Mohon tunggu...
Syafira Hasna
Syafira Hasna Mohon Tunggu... -

Sukses dunia akhirat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Masa Kini

31 Agustus 2014   05:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:02 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan Masa Kini

Pendidkan secara umum berarti apa pun upaya dan usaha yang bertujuan. Karenanya pengandaian-pengandaian yang tersembunyi (paham yang melandasi, psikologi yang dianut, dan sebagainya), yaitu tujuan yang ingin diraih sangat penting untuk melihat jalannya pendidikan tersebut.

Apa yang mendasari kita mendidik generasi muda? Apa yang menjadi acuan kita mengarahkan generasi muda dalam proses pendidikan? Tampaknya itu semua dipengaruhi oleh gagasan kita sendiri tentang siapa manusia. Gagasan kita tentang manusia akan menentukan pendidikan macam dan model apa yang akan kita terapkan terhadap generasi muda. Oleh karena itu dalam berbicara tentang pendidikan, filosofi pendidikan tidak dapat lepas itu semua dari gagasan kita tentang manusia.

Lalu filosofi manusia yang bagaimana yang kita anut? Apa idealism kita tentang manusia? Manusia secara filosofi adalah makhluk berakal budi, animal rationale. Ia tahu dan mau. Maka dalam proses pengelolaan, perbaikan, dan pendidikannya harus “melibatkan dirinya”. Ia makhluk yang bernilai. Ia adalah ciptaan Tuhan yang bernilai yang tidak dapat direndahkan atau diperkosa hak-haknya. Ia mempunyai hak azasi untuk hidup, bertempat tinggal, berbicara, dan lain-lain.

Dalam proses pendidikan yang dikembangkan seharusnya pendidikan membantu anak didik untuk mengenal masyarakatnya. Artinya, mengajak mereka peka terhadap situasi masyarakatnya. Mereka diajak aktif ikut berpikir dan bertanggung jawab terhadap masyarakatnya. Dalam proses masyarakat yang demokratis, mereka harus ikut berpikir kritis. Mereka diajak menyumbang kepada masyarakat, dan diberi peran oleh masyarakat.

Ada beberapa hal yang mesti kita pikirkan dan diskusikan lebih lanjut dalam hal pendidikan kita, utamanya pengaruh “Materialisme-Kapitalisme”. Sekarang ini paham di atas tujuan dari segala tujuan direduksi menjadi satu kata “efisiensi”. Efisiensi disempitkan menjadi yang bermanfaat (pragmatisme), dan yang bermanfaat itu harus dapat diukur (measurable) dan ukurannya harus kasatmata dan dinotasikan dengan bentuk pertukaran dengan yang lain dan alat ukurnya adalah “Uang”.

Mestinya kita mengambil sejarah atau pengalaman masa lampau dan yang mampu mengambil peringatan-peringatan itu hanyalah mereka yang kata Tuhan sebagai “ulil albab”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun