Mbak kasir segera mengganti paperbag dan langsung memberikan pesanan sosok yang Jendra yakini sebagai perempuan itu. Sebelum melangkah jauh, sosok ini membungkuk sekilas menghadap mbak kasir, lalu ke Yongki, dan terakhir ke Jendra. Cepat sekali. Lalu sosok itu pergi ke arah kanan, meninggalkan semua orang dengan tanda tanya.
Jendra tertegun. Masih mencoba mencerna semua clue yang secara tidak langsung gadis itu berikan. Namun, untuk apa?
Jendra segera menghapus semua pertanyaan yang ada di benaknya. Toh bukan lagi urusannya. Ia mulai mengatakan pesanannya kepada mbak kasir dan setelahnya ia berbincang dengan Yongki.
20 detik kemudian, terdengar suara tembakan tepat dari telinga kanan Jendra.
Ia langsung terjongkok. Telinganya langsung ditutup. Matanya terpejam kuat. Tapi tiba-tiba, nafasnya tercekat. Matanya seketika melebar. Tangannya yang otomatis menutupi telinganya kini perlahan menurun. Ia perlahan menoleh ke arah kanan, arah dimana suara tembakan itu berasal.
Nafasnya tersenggal. Matanya terbelakak. Mulut Jendra sedikit terbuka. Dilihatnya sosok dengan tas kumel yang sangat familiar, baru beberapa saat yang lalu ia lihat. Itu tas yang sama dengan gadis aneh di depannya.
Tubuhnya terguncang hebat. Kakinya gemetar. Alhasil ia jatuh terduduk, masih memandangi tubuh yang tergeletak tak berdaya dengan donat yang berserakan serta minuman yang bersimbah. Bercak merah pun ada dimana-mana. Tangan Jendra gemetar. Ia tak sanggup melihat ini, tak ada yang sanggup.
Tak lama, tangan gadis itu bergerak. Teriakan semua orang menggelegar karenanya. Jendra berusaha waras. Ia memfokuskan lensanya pada sosok yang lemah tak berdaya itu. Jemari gadis itu membentuk simbol pistol lalu di arahkan ke lapangan parkir dimana terdapat salah satu mobil yang pergerakannya sudah mulai menjauhi bandara.
Sesaat setelahnya, tangan kurus penuh luka itu pun terjatuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H