Mohon tunggu...
Syafira Gatra Putri
Syafira Gatra Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis dan tertawa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Not a Sweet Chaos

3 Desember 2022   23:36 Diperbarui: 4 Desember 2022   00:00 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bandara Soekarno Hatta terpantau ramai. Kondisi berdesak-desakan di satu titik akibat kembalinya band terkenal asal Ibukota yaitu SaturDay. Mereka baru saja kembali dari konser mereka di Bali. Kerumunan itu berada di depan coffee shop terkenal yang menyajikan coffee serta donat. Terlihat kerumunan itu berjarak sekitar 10 meter dari coffee shop tersebut, jarak tersebut bisa dibilang sebagai privacy space agar idola mereka nyaman dan tidak terganggu.

Kilatan cahaya timbul dari berbagai sudut. Memotret setiap pergerakan sang idola. Jendra, Saldi, Yongki, Wimbi, dan Dwiki terlihat tidak mempermasalahkan. Tapi tidak dengan petugas bandara yang menghentikan aksi jepret-menjepret itu dan meminta para fansite untuk mengambil video saja. Lagipula ini tempat umum, dan di dalam coffee shop terdapat banyak pengunjung. Petugas takutkan pengunjung lain menjadi kurang nyaman.

Jendra nampak menguap beberapa kali. Ia melepas kacamatanya dan mengucek matanya dengan tidak santai masih dalam keadaan menguap. Yongki yang melihat itu langsung dengan sigap menutup mulut Jendra dengan tangannya, takut muka nguap Jendra barusan dijadikan meme oleh para fans.

Di depan mereka terdapat sesosok yang bertubuh pendek yang nampaknya diam saja tak bergeming. Sosok itu tetap diam dan menundukkan kepala walaupun namanya sudah dipanggil berulang kali oleh mbak kasir yang tepat di hadapan muka. Refleks, Jendra menepuk pundak sosok yang tingginya hanya sedagunya itu. Sosok itu terperanjat kaget. Dalam hitungan detik, matanya langsung secepat kilat bertemu dengan lensa tipis Jendra. Sorot matanya yang menunjukkan keterkejutan sekaligus ketakutan membuat Jendra kaget.

Yongki yang menyaksikan semuanya langsung mengambil alih. "Pesanan lo." ujarnya sembari menunjuk mbak kasir yang hidungnya sudah kembang kempis dengan dagunya. Sadar akan situasi, sosok tersebut langsung memberikan kartu yang selama ini ada di genggamannya. Genggamannya akan kartu itu begitu kuat hingga Jendra dan Yongki bisa melihat bekas luka di tangan sosok tersebut akibat memegang kartu hitam itu terlalu lama. Atau mungkin digenggam terlalu kuat. Tapi mengapa?

Satu demi satu pertanyaan hadir di benak Jendra. Semakin lama ia memerhatikan sosok itu, semakin ia penasaran akan apa yang telah dialami oleh sosok di hadapannya ini. Tas kumel, kaos hitam, rompi tebal, jaket laki-laki usang, masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya, earphone merah yang disumbat di kedua telinganya, tangan penuh luka, tatapan dan pikirannya yang kosong, raut wajah yang ketakutan, dan bahasa tubuhnya yang mengatakan bahwa ada sesuatu yang mengintainya.

Jendra melihat sekeliling. Yang didapatinya hanyalah teriakan fansnya serta ya wajah-wajah fans beserta petugas bandara. Tak ada yang mencurigakan.

"Tolong."

Jendra membulatkan matanya, ia tak salah dengar kan? Dirinya langsung memandang Yongki yang sedang memandanginya juga. Raut wajah Yongki juga sama terkejutnya dengan dirinya. Mbak kasir pun sama. Mereka bertiga berbarengan memandang satu-satunya objek yang menjadi sumber suara tersebut. Sosok ini.

"Maaf?" tanya mbak kasir, meminta pengulangan.

"Bolong. Paperbagnya bolong." koreksi sosok itu dengan nada rendah sambil menunjuk paperbagnya yang benar saja bolong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun