Mohon tunggu...
Syafiq Muhammad
Syafiq Muhammad Mohon Tunggu... lainnya -

Mencoba kembali menjadi Manusia.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Munir ? Tidak Lupa !

4 Maret 2012   06:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:31 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampai sekarang kita masih bertanya-tanya...

[caption id="" align="aligncenter" width="604" caption="Sampai sekarang kita masih bertanya-tanya..."][/caption] Waktu itu saya masih berusia 12 tahun ketika media massa begitu gencar memberitakan kematiannya, seorang yang disebut sebagai ‘Pahlawan’ HAM Indonesia. Jujur saja, aku sama sekali tidak mengenalnya, lelaki bertubuh ceking dengan postur yang tidak terlalu tinggi yang identik dengan kumis tebalnya ini oleh orang-orang dipanggil Munir. Yang terbayang-bayang tentang dirinya hanya kumis tebalnya itu, pernah saya mendengar sebuah lagu dari Iwan Fals yang ia ciptakan untuk mengenang perjuangan almarhum, selain itu saya benar-benar miskin informasi tentangnya sebelum kuputuskan untuk mengakhiri rasa penasaranku, dengan mencari informasi sebayak-banyaknya tentang “MUNIR”.

Lelaki ini bernama lengkap  Munir Said Thalib, dilihat dari namnya sepertinya dia bukan keturunan asli orang Indonesia, dan benar, setelah saya cek di Google dia memang keturunan seorang arab meski begitu ia dilahirkan di Bumi Indonesia tepatnya di  Malang, Jawa Timur pada 8 Desember 1965. Ia meninggal pada 7 September 2004 di Pesawat Garuda Jakarta-Amsterdam yang transit di Singapura. Kematiannya sangat lekat dengan misteri meskipun dari hasil otopsi dapat disimpulkan bahwa penyebab kematiannya karena terkonsumsi racun arsenik dalam penerbangan menuju Belanda untuk melanjutkan studi masternya di bidang hukum.

Ternyata Kontribusinya dalam penanganan kasus yang menyangkut hak asasi manusia sangatlah besar, mungkin sudah banyak yang tahu, Ia seorang yang tidak mengenal rasa takut dalam memperjuangkan keadilan, ancaman yang ia dapatkan karena imbas dari seluruh aktivitasnya dibidang HAM tentu tidak ringan, berbagai teror serta ancaman kekerasan dan pembunuhan terhadap dirinya beserta keluarganya berulang kali ia terima, apalagi ketika masih orde baru, aktivitasnya ia bisa dikatakan sangat-sangat beresiko, namun begitu ia tetap teguh dengan pendiriannya untuk terus memperjuangan keadilan.

Misteri kematian Munir hingga saat ini masih bergulir, 7 tahun seakan menjadi waktu yang terlalu singkat untuk membongkar misteri ini, dua orang yang sempat ditangkap yaitu Muchdi Purwoprandjono dan Pollycarpus karena diduga terlibat pembunuhan munir dibebaskan oleh pengadilan (MA) dengan memberi remisi bertubi atas alasan yang tidak jelas (Kompas). Pemerintah dibawah kepemimpinan Presiden yang sekarang seolah enggan untuk menuntaskan masalah ini, hal ini berdampak pada pelemahan hukum terhadap para individu yang seharusnya dimintai pertanggungjawaban. Wong kasus-kasus yang terjadi seminggu atau sebulan yang lalu saja penyelesainnya berantakan, apalagi yang sudah bertahun-tahun. Menilik fakta tersebut tampaknya sia-sia belaka harapan kita kepada pemerintah, meskipun begitu, tidak seharusnya kita berputus asa, kita harus malu kepada almarhum yang sampai sampai ajal menjemput ia masih tetap dalam kondisi memperjuangkan keadilan.  Mari, sebagai wujud penghargaan kita kepada Munir, kita kurangi atau kalau bisa hilangkan sama sekali tindak kekersan dari perilaku kita sehari-hari. Saya yakin –entah apa yang mendasari keyakinan saya- bahwa Munir akan menangis disana, jika orang-orang yang memperjuangkan keadilan untuknya justru berbuat kekerasan didalam perjuangannya, yang ia butuhkan bukan itu, sungguh, Ia ingin melihat rakyat bangsanya ini hidup dengan rukun, saling menghormati dan menghargai, biarl saja jika pemerintah malas menuntaskan kasus ini, tapi kita jangan ikut-ikutan malas untuk terus membumikan cita-cita luhurnya di Bumi Nusantara ini.

“Keberanianmu mengilhami jutaan hati….

Kecerdasan dan kesederhanaanmu… jadi impian…

Pergilah kau… dengan ceria…

Sebab kau… tak sia-sia…

Tak sia-sia…

Pendekar !!! “

Musik : Iwan Fals - Pulanglah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun