Mohon tunggu...
Syafiq Naqsyabandi
Syafiq Naqsyabandi Mohon Tunggu... Cecunguk -

Cecunguk Parlemen

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Capres dan Lingkungan Hidup

4 Juli 2014   22:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:28 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lingkungan hidup akan menjadi salah satu tema dalam debat capres-cawapres terakhir. Agenda ini sangat penting bagi publik untuk melihat kepekaan kedua pasangan capres-cawapres pada masalah lingkungan hidup.

Berdasarkan dokumen visi misi yang terdapat pada halaman resmi KPU. Pasangan capres-cawapres nomor urut satu, Prabowo-Hatta mencantumkan visi dan misi bidang lingkungan hidup dalam program “Menjaga Kelestarian Alam dan Lingkungan Hidup” yang memuat 8 poin. Sementara pasangan capres-cawapres nomor urut dua, Jokowi-Kalla dalam dokumen visi misi setebal 42 halaman menyelipkan agenda lingkungan hidup dalam program program pembangunan yang diusung.

Secara umum yang menjadi perhatian Prabowo-Hatta dalam bidang lingkungan hidup adalah reboisasi hutan, pencemaran lingkungan, konservasi keanekaragaman hayati, perhutanan rakyat, sertifikasi hasil hutan lestari yang diterima pasar global, pembangunan hutan kota, rehabilitasi daerah aliran sungai termasuk sumber air, pertambangan ramah lingkungan, dan berperan aktif dalam upaya mengatasi perubahan iklim global. Sedangkan yang menjadi perhatian Jokowi-Kalla dalam bidang lingkungan hidup secara umum adalah penegakan hukum lingkungan, peningkatan peran global (perubahan iklim), perlindungan hak-hak masyarakat adat, sengketa agraria, pembangunan ekonomi maritim, penguatan sektor kehutanan, dan konservasi keanekaragaman hayati.

Secara tekstual (berdasarkan visi misi) tampaknya kedua pasangan capres-cawapres sudah cukup meyakinkan dalam mengusung agenda perlindungan lingkungan hidup. Namun secara kontekstual publik tidak dapat menilai dari dokumen visi misi tersebut. Maka dari itu, debat terakhir nanti adalah ruang bagi kedua pasangan capres-cawapres untuk meyakinkan publik bahwa mereka menguasai permasalahan dan mempunyai jawaban atas permasalahan lingkungan hidup.

Empat Masalah Utama

Setidaknya ada tiga masalah utama dalam bidang lingkungan hidup yang harus dijelaskan pemecahannya oleh kedua pasangan capres-cawapres. Pertama adalah cara menyelaraskan pembangunan ekonomi dan perlindungan lingkungan hidup. Selama ini usaha perlindungan lingkungan hidup selalu bertabrakan dengan kepentingan pembangunan ekonomi. Perkara ini menjadi sangat penting untuk dipecahkan karena kedua pasangan capres-cawapres juga menargetkan angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Contoh yang sangat nyata adalah reklamasi Teluk Benoa di Bali. Reklamasi ini akan mengubah 838 hektar area Teluk Benoa menjadi daratan. Seluruh ekosistem laut termasuk mangrove akan rusak demi pembangunan fasilitas pariwisata diatas lahan hasil reklamasi.

Kedua, permasalahan tumpang tindih dalam pengelolaan sumber daya alam. Selama ini terjadi perebutan antar kementerian yang mencabik-cabik sumber daya alam Indonesia. Pengelolaan sumber daya alam sampai saat ini belum terintegrasi dan masing-masing lebih mementingkan ego sektoral. Laju deforestasi yang begitu besar merupakan hasil dari perebutan sumber daya alam ini, dimana hutan yang terbatas diperebutkan oleh kepentingan pertambangan, perkebunan, perumahan dan akhirnya kepentingan lingkungan hidup yang selalu kalah. Permasalahan ini membuat usaha mewujudkan lingkungan hidup yang berkualitas menjadi sulit mencapai tujuan. Termasuk masalah otonomi daerah yang membuat kepala daerah dapat mengeluarkan izin konsesi yang tidak sesuai dengan kebijakan nasional, seperti memberikan izin pengelolaan hutan pada kawasan konservasi.

Ketiga adalah permasalahan sengketa agraria. Saat ini ditengah hiruk pikuk masa kampanye dan piala dunia, sedang terjadi sengketa agraria yang mempertaruhkan hajat hidup orang banyak. Misalnya sengketa agraria di Karawang antara petani lokal dengan Agung Podomoro, atau sengketa agraria di Rembang antara petani lokal dengan Semen Indonesia, dan masih banyak lagi sengketa agraria lain yang masih berlangsung di seluruh Indonesia. Semua sengketa agraria tidak hanya karena perebutan sumber mata pencaharian semata, tetapi juga karena semua rencana pembangunan berpotensi merusak lingkungan.

Terakhir adalah dilema kebutuhan energi dengan komitmen pengurangan emisi. Indonesia dalam pertemuan G-20 di Pitssburg, Amerika Serikat, 25 September 2009 silam sudah menyatakan berkomitmen untuk mengurangi emisi sampai 26 % pada tahun 2020 dengan usaha sendiri dan 41 % pada tahun 2020 dengan bantuan internasional. Sementara kedua pasangan capres-cawapres sama-sama menekankan penggunaan bahan bakar fosil dalam menopang ketahaman energi nasional. Padahal bahan bakar fosil, terutama batubara adalah bahan bakar yang sangat kotor dengan emisi yang tinggi. Kemampuan memecahkan keempat masalah besar ini dapat dijadikan ukuran seberapa peka kedua pasangan capres-cawapres pada masalah lingkungan hidup.

Debat terakhir

Debat 5 Juli malam adalah debat terakhir yang digelar sebelum publik menentukan pilihan pada 9 Juli. Debat ini menjadi arena terakhir bagi publik untuk menilai secara langsung visi misi kedua pasangan capres-cawapres sebelum memberikan suara. Maka dari itu, dalam debat nanti kedua pasangan harus mampu menjelaskan bagaimana cara mereka menerapkan visi misi di lapangan. Jangan sampai nanti, kedua pasangan capres-cawapres hanya mengulang-ulang pernyataan bahwa mereka berkomitmen untuk melindungi lingkungan hidup. Dari sini, publik harus menilai pasangan mana yang hanya mengulang pernyataan dan pasangan mana yang berorientasi memecahkan masalah. Harapannya 9 Juli nanti publik akan memilih pasangan capres-cawapres yang paling peka pada permasalahan lingkungan hidup. Karena lingkungan hidup adalah faktor penentu keberhasilan suatu pembangunan bangsa dalam jangka panjang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun