Mohon tunggu...
Muhammad Daffa Syafik
Muhammad Daffa Syafik Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UIN K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Worries and Hopes: Menjadi Mahasiswa di Tengah Jatuhnya Nilai Tukar Rupiah

19 Juni 2024   20:49 Diperbarui: 19 Juni 2024   21:13 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Saat artikel ini disusun, nilai tukar dolar AS telah mencapai Rp 16.400 per dolar AS, titik terendah sejak masa pandemi COVID-19 pada April 2020. Melemahnya Rupiah membawa dampak yang luas dan mendalam bagi perekonomian Indonesia, terutama bagi kami, generasi muda yang tengah menempuh pendidikan tinggi dan bersiap menghadapi tantangan dunia kerja. Sebagai mahasiswa, kami merasa perlu menyampaikan pandangan ini karena dampak dari pelemahan Rupiah akan sangat dirasakan oleh generasi muda, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kami khawatir bahwa ketidakstabilan ekonomi yang disebabkan oleh fluktuasi nilai tukar akan menghambat akses kami terhadap pendidikan berkualitas, mempersempit peluang kerja, dan menurunkan kualitas hidup kami secara keseluruhan. Oleh karena itu, kami ingin mengajak semua pihak untuk memahami dan bersama-sama mencari solusi untuk menghadapi tantangan ini.

Melemahnya nilai tukar Rupiah dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi ekonomi global yang tidak menentu, kebijakan moneter ketat dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed), dan meningkatnya ketegangan geopolitik di berbagai belahan dunia. Kebijakan The Fed yang mempertahankan suku bunga tinggi untuk menekan inflasi di AS membuat dolar AS semakin kuat, sementara mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah, mengalami tekanan signifikan. Dalam konteks domestik, ketergantungan Indonesia pada impor bahan baku dan barang konsumsi membuat pelemahan Rupiah berpotensi meningkatkan biaya hidup dan operasional bisnis. Selain itu, beban utang luar negeri pemerintah dan sektor swasta dalam denominasi dolar AS juga bertambah besar, menambah tekanan pada stabilitas fiskal dan moneter negara.

Peningkatan beban utang luar negeri sebagai dampak pelemahan Rupiah dapat berdampak pada alokasi anggaran pemerintah. Anggaran yang seharusnya digunakan untuk pendidikan dan layanan publik lainnya mungkin akan dialihkan untuk pembayaran utang, sehingga mengurangi kualitas dan aksesibilitas pendidikan. Banyak institusi pendidikan tinggi di Indonesia mengimpor bahan ajar, peralatan laboratorium, dan teknologi dari luar negeri. Melemahnya Rupiah meningkatkan biaya impor ini, yang kemungkinan besar akan diikuti oleh kenaikan biaya kuliah dan biaya pendidikan lainnya. Hal ini semakin menambah beban finansial yang harus ditanggung oleh mahasiswa.

Melemahnya Rupiah juga menyebabkan inflasi impor, yang berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa. Mahasiswa dan generasi muda pada umumnya akan merasakan langsung dampaknya dalam bentuk peningkatan biaya hidup sehari-hari. Daya beli kami menurun, dan kami harus lebih berhati-hati dalam mengelola keuangan pribadi. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik kami, serta mengganggu konsentrasi kami dalam belajar.

Nilai tukar yang tidak stabil dapat mengurangi minat investasi asing dan domestik, yang berpotensi mengurangi kesempatan kerja bagi lulusan baru. Banyak perusahaan mungkin akan lebih berhati-hati dalam ekspansi dan perekrutan. Hal ini menambah kekhawatiran kami tentang prospek kerja setelah lulus. Generasi muda membutuhkan lapangan pekerjaan yang cukup untuk dapat berkontribusi secara maksimal dalam pembangunan ekonomi bangsa. Kami hidup dalam lingkungan ekonomi yang semakin tidak pasti. Hal ini mempengaruhi perencanaan keuangan pribadi, investasi, dan keputusan karier kami. Ketidakpastian ini menyebabkan kecemasan dan ketidakstabilan mental di kalangan mahasiswa. Kami membutuhkan kepastian dan stabilitas untuk dapat merencanakan masa depan dengan lebih baik.

Kami berharap pemerintah dan Bank Indonesia dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah. Koordinasi kebijakan moneter dan fiskal perlu diperkuat untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Langkah-langkah seperti peningkatan suku bunga, intervensi di pasar valuta asing, dan penguatan koordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah melalui program-program seperti Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) sangat diperlukan. Sebagai mahasiswa, kami juga berusaha untuk menjadi lebih adaptif dan inovatif dalam menghadapi tantangan ini. Kami berharap dapat berkontribusi dengan pengetahuan dan keterampilan yang kami peroleh selama di bangku kuliah untuk membantu mengatasi berbagai masalah ekonomi yang dihadapi bangsa.

Kami menyadari bahwa melemahnya Rupiah adalah tantangan besar yang membutuhkan kerja sama dan usaha bersama dari seluruh elemen masyarakat. Sebagai generasi muda, kami siap untuk menghadapi tantangan ini dengan semangat dan optimisme, serta berharap dapat melihat kebijakan yang tepat dari pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memberikan harapan bagi masa depan yang lebih baik.

Penulis

M. Daffa Syafik (40222052)

UIN K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

1."Pelemahan Rupiah dari Perspektif Tiga Generasi Krisis Mata Uang," Kompas, June 16, 2024, https://money.kompas.com/read/2024/06/16/103000626/pelemahan-rupiah-dari-perspektif-tiga-generasi-krisis-mata-uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun