Mohon tunggu...
Imam
Imam Mohon Tunggu... Lainnya - Syafi'i

Tulisanmu mencerminkan bagaimana sifat dan tindakanmu dalam berperilaku setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Tentang Bumi Kelahiran

18 September 2020   18:49 Diperbarui: 18 September 2020   18:51 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa Kabar Bumi Kelahiran?

Oleh: Windi Susilawati

Hallo Indonesia..
Aku sapa kabar duka yang kini sedang melanda
Wabah baru yang datang seakan menjadi sebuah petaka
Siapa yang harus disalahkan?
Tidak, ini bukan salah siapa-siapa
Tidak aku, kamu , dan musibah yang sedang kita hadapi bersama
Ini adalah satu wujud ujian yang telah Tuhan gariskan
Dan Corona satu bentuk cara Tuhan
Untuk mengetuk hati,. Menggunggah kesadaran
Tentang kesehatan yang masih  banyak orang sepelekan
Tentang kebersamaan Keluarga yang kadang terlalaikan
Dan Tentunya tentang pada siapa
Keimanan, kepercayaaan serta rasa syukur
Yang harus selalu dilimpahkan

Menjadi sejarah dimasa depan
Ketika kamu harus lama berdiam diri dirumah
Meninggalkan keramaian, membatasi pertemuan
Bukan karna tak ingin bersosialisasi dengan teman dan lingkungan
Bukan pula untuk kepentingan satu golongan
Ini adalah satu bentuk taat pada peraturan
Dimana aku dan kamu harus sama-sama saling menjaga kesehatan

Semua terlihat sunyi seketika....
Kala kulihat kota dengan keramaiannya
Kini berubah menjadi pedalaman bertudung banguanan megah
Tak ada lagi bising klakson yang biasa memadati lampu merah
Tak ada lagi derapan langkah pejalan kaki dengan segala aktivitasnya
Tak ada lagi  keramaian pelajar dan mahasiswa dibangku belajar
Memudarnya sapaan hangat disetiap tempat ibadah disudut kota
Bahkan banyak tulang punggung keluarga
Yang harus lapang dada kehilangan mata pencahariannya

Bukan hanya itu kawan,
Coba kau lihat disetiap sudut bumi Negeri ini
Dimana lagi aku temukan hutan hijau asri nan menawan
Laut biru cerah dengan deburan ombak yang kini mulai memucat
Raungan perut bumi yang bersautan kala gunung menyemburkan abu dan lava
Dan lebur tanah kala hujan mengguyur sigunung gundul tak bertopang
Iba hati melihat bumi yang sudah tak sehat lagi..
Semakin hari semakin tua
Semakin hari semakin rapuh pula
Berdirilah sedikit lagi untuk kami mengejar mimpi
Biarkan dulu anak-anak negeri berkembang mencari jati diri
Tak ada lagi pijakan yang lebih nyaman dan aman
Selain negeriku, bumi Kelahiranku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun