Orang Yahudi berbicara, pada semua levelnya, mengenai urgensi hidup berdampingan secara damai dengan tetangga mereka, warga Arab. Bersama kami di wilayah Otoritas Palestina yang diduduki Israel, atau negara-negara Arab yang mempunyai hubungan diplomasi dengan Israel yang mendatangkan kerusakan politik, ekonomi dan keamanan. Atau negara-negara yang tidak memiliki hubungan dengan Israel, yang sedang menunggu persetujuan Yahudi atas Inisiatif Arab Untuk Perdamaian, mereka juga tidak luput dari pengrusakan Israel. Saksi kami adalah skandal intelijen Israel, Mosad, dalam membunuh pimpinan Hamas, Mahmud Al Mabhuh di Dubai.
Biarkan penjajah Yahudi mengatakan apa yang mereka mau. Perkataannya tidak bernilai, sebab perbuatannya mendustakannya. Mereka tidak boleh mengklaim bahwa Yahudi  memiliki hak untuk eksis di negeri Palestina, kecuali yang berasal dari Palestina. Namun jika mereka minta beberapa orang Arab yang mengklaim berbudaya, cerdas dan cerdik dari bangsa kita, untuk menawar dengan kebohongan damai dan hidup berdampingan, maka seperti itu tidak dapat diterima. Tidak layak bagi seorang Arab menjadikan orang Palestina korban untuk menerima ide hidup damai berdampingan dengan algojo, perampas negeri dan tempat suci.
Puluhan unjuk rasa terjadi di Umm al Fahm, Kafr Kana, Nazaret, Sakhnin dan wilayah Palestina jajahan tahun 48 untuk memperingati sepuluh tahun 13 syahid Palestina membela Al Quds dan Al Aqsha. Pada aksi itu para polisi Israel membunuh warga yang membawa identitas Israel yang jiwa dan hati mereka bersama Palestina. Mereka justru mendapatkan tembakan peluru Israel. Jadi, dimanakan hidup damai berdampingan itu wahai para penyeru?
Hampir separuh rakyat Palestina di wilayah jajahan tahun 48, berdekatan dengan titik kontak, hidup di bawah garis kemiskinan. Sementara mayoritas warga Yahudi hidup dalam kemewahan. Selama kita mendengar perbedaan ras, mendengar hak yang terenggut milik penduduk di negara Israel, baik yang berada di  jalan Arab di dalam kota atau dari Kenesset Israel melalui parlemen Arab. Apakah kejahatan Israel berhenti terhadap warga Arab di perbatasan negeri? Tentu saja tidak. Sebab setiap Yahudi adalah rasis. Yahudi hanya menginginkan kematian orang Arab di mana pun mereka berada. Rasisme dan kejahatan merupakan pendorong warga Israel menyerang warga Arab, rumah dan kendaraan mereka. Rasisme penyebab pemboikotan pasar-pasar Arab dan para pedagang Arab di Acre, Yafa dan lainnya. Meski telah kami sebutkan beberapa bentuk rasisme Israel terhadap saudara kami di wilayah jajahan 48, kami tidak bisa mengakhirinya. Tidak cukup untuk mendatanya puluhan jilid buku. Kami berharap setelah apa yang kami sebutkan, semoga para penyeru hidup damai berdampingan dengan Yahudi merasa malu, meski hanya sedikit.
Seharusnya sebelum berbicara tentang hidup damai berdampingan antara Yahudi dan Arab, Yahudi harus menetapkan diri bahwa mereka adalah manusia, yang bisa memberikan kepada warga Palestina penduduk wilayah jajahan 48, keamanan dan rasa aman, memberikan hak-hak mereka seutuhnya sebagai penduduk pada entitas penjajah. Jika tidak bisa, maka tidak ada artinya slogan palsu dan janji dusta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H