Salah satu kebanggaan yang kerap menjadi teman hidup bagi orang Madura ialah "sekep". Sekep dalam pengertian umum ialah bentuk senjata yang biasa diselipkan dipinggang sebagai jaminan keselamatan hidup bagi pemakainya. Dan sekep ini bukan hanya menjadi jaminan di perjalanan. Saat tidur atau saat-saat tertentu sekep juga tidak lepas dari sisi (bagian) pemiliknya.
Senjata yang disekep, ada beberapa macam bentuk, biasanya bentuk senjata tajam yang mudah diselipkan dipinggang. Baik berupa pisau, clurit, golok, keris dan atau sejenisnya. Maka tak heran bila suatu ketika berpapasan dengan seseorang Madura, khususnya orang-orang Madura yang hidup di pedesaan, akan tampak tonjolan kecil dibalik baju bagian pinggang.
Pada dasarnya orang yang bersekep atau "nyekep", hanyalah semata-mata menjaga kemungkinan untuk lebih waspada bila suatu ketika harus berhadapan dengan lawan maupun pada saat suasana genting menghadapi ancaman disekitarnya.
Dan sekep itu sendiri pada umumnya dimiliki oleh kaum pria. Tapi tidak menutup kemungkinan, kaum wanitapun tak lepas dari yang namanya sekep itu. Cuma bedanya, sekep bagi kaum wanita Madura kerap disebut "patterm", yaitu berupa konde yang diisi racun yang disusukkan disanggul. Fungsinyapun sama, sebagaimana yang digunakan oleh kaum laki-laki, yaitu untuk menjagadiri bila suatu ketika diserang oleh lawan atau penjahat yang mengganggunya. Atau juga untuk berjaga-jaga dirumah bila suatu ketika sang suami harus berlama-lama meninggalkan rumah.
Sebagaimana dimaklumi, bahwa suatu bentuk kebiasaan para orang Madura lama, wanita merupakan bagian yang sangat penting bagi kaum pria. Maksud disini, kaum wanita merupakan lambing kehormatan dan prestise bagi kaum pria. Maka tak heran, bila akhirnya sampai terjadi keributan pada awalnya kebanyakan ditimbulkan oleh masalah wanita.
Terlepas dari fungsi senjata tajam bagi orang Madura yang tradisional dijadikan alat pengaman bagi dirinya, juga mempunyai nilai tradisi turun temurun, bahwa lambing kejantanan bagi orang Madura terletak bagaimana kemantapan dan ketegaran dirinya tatkala mereka bersekep dipinggangnya. Untuk itu dalam masyarakat Madura lalu timbul pemeo, bila seorang laki-laki tidak "nyekep", tak lebih dari seorang banci.
Namun kenyataan yang terjadi pada peristiwa-peristiwa pembunuhan, senjata yang banyak bicara ternyata senjata tajam yang berbentuk celurit (Caloret, Mdr), yang kerap dijadikan identitas senjata tajam orang Madura.
Celurit sebenarnya tak lebih dari "are'(arit)", mungkin karena bentuknya lebih besar dan lekukan panjang, maka celurit sangat beda bila dibandingkan dengan senjata tajam lainnya. Sedang are' yang memiliki bentuk hamper sama dengan celurit, kerap digunakan sebagai penyabit rumput atau kebutuhan lainnya yang sifatnya sebagai alat pemangkas.
Senjata tajam sebangsa celurit sebenarnya terdiri banyak jenis dan bentuknya, antara lain are' lancor, takabuwan, bulu ajem, bulu pete', daun perrengan, karangkengan dan sejenisnya. Sedang bentuk senjata tajam konvensional lainnya, juga banyak macamnya, yakni ; taji, gobang, cakkong, bireng, pangabisan, todi', golok, tombag, dan lainnya sesuai dengan fungsi dan keperluannya.
Sekep bukan hanya dalam wujud benda saja. Justru dibalik benda yang disekep itu, tersimpan suatu kekuatan yang mungkin tak terduga sebelumnya, yaitu bila saat digunakan (katakanlah untuk membunuh orang) mempunyai akibat yang lebih fatal bagi korbannya. Sebab benda (tajam) tersebut telah "diisi" suatu kekuatan yang melebihi senjata tajam yang disekep.
Di lain hal, sekep-sekep tertentu mempunyai fungsi lain, yaitu sebagai alat penangkal bila berhadapan dengan lawan (musuh). Sekep semacam itu, merupakan senjata yang cukup ampuh untuk menipu lawan. Sebab lawan yang dihadapi tidak tampak pada dirinya, sedang yang ber-sikep akan lebih leluasa melakukan serangan. Hal ini tentu berlaku bagi lawan yang "kosong" tenaga dan ilmunya.