Mohon tunggu...
Syafa Anindi Alfarisi
Syafa Anindi Alfarisi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

mahasiswi S1 Ilmu Komunikasi. Memiliki semangat tinggi dalam mengembangkan wawasan di bidang komunikasi, khususnya dalam membangun koneksi yang berdampak dan menciptakan konten kreatif

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekspetasi Keluarga kepada Anak Pertama, Beban atau Kebanggaan?

19 November 2024   23:00 Diperbarui: 20 November 2024   02:55 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto merenung (Sumber: Pinterest/kredit foto)

Ekspetasi keluarga terhadap anak pertama sering kali menjadi perjalanan yang penuh tantangan dan harapan. Anak pertama biasanya dianggap sebagai teladan dan pemimpin dalam keluarga, serta dijadikan panutan bagi adik-adiknya. 

Fenomena ini lazim terjadi dalam berbagai keluarga, khususnya di masyarakat yang menjunjung tinggi nilai tanggung jawab antar anggota keluarga. Namun, ekspetasi ini sering kali menjadi beban yang cukup berat bagi anak pertama, karena mereka dihadapkan pada tuntutan untuk sukses dalam berbagai aspek, mulai akademik hingga karier.

Ekspetasi  keluarga ini biasanya muncul ketika anak pertama menginjak dewasa, memasuki jenjang pendidikan yang tinggi, atau memulai dunia kerja. Dalam konteks keluarga, ekspetasi ini dianggap sebagai simbol kedewasaan dan kesiapan anak pertama untuk memikul tanggung jawab. Anak pertama sering kali dihadapkan pada dilema, apakah ekspetasi ini menjadi motivasi untuk maju atau justru menjadi beban yang menekan mental.

  • Beban yang tak terlihat

Anak pertama adalah individu yang pertama kali menerima kasih sayang sepenuhnya dari orang tua. Namun, di balik kasih sayang itu, ada beban yang sering kali tidak disadari oleh orang lain. Anak pertama tidak hanya diharapkan menjadi contoh yang baik, tetapi juga dituntut untuk mencapai keberhasilan di berbagai bidang. Hal ini dilakukan agar mereka dapat dijadikan panutan bagi adik-adiknya. 

Tekanan ini dapat memunculkan rasa takut akan kegagalan atau kecemasan terhadap ekspetasi yang dibebankan. Mereka mungkin khawatir jika tidak mampu memenuhi harapan tersebut, yang akhirnya bisa menimbulkan rasa kecewa, baik pada diri sendiri maupun keluarga.

  • Kebanggaan keluarga

Di sisi lain, anak pertama menjadi kebanggaan keluarga ketika berhasil meraih cita-cita atau keinginan tertentu. Orang tua biasanya memberikan dukungan penuh agar anak pertama terus berusaha mencapai kesuksesan, dukungan inilah yang sering kali menjadi motivasi mereka untuk bekerja lebih keras. Menurut Dr. Dian Saraswati, seorang psikolog keluarga, menjelaskan pentingnya peran orang tua dalam memberikan dukungan emosional kepada anak pertama. 

"Penting bagi orang tua untuk memberikan dukungan emosional yang cukup kepada anak pertama agar mereka tidak merasa sendirian dalam menghadapi tekanan ini. Menghargai usaha mereka, bukan hanya hasil, dapat membantu mengurangi beban yang mereka rasakan." Ungkapnya.

Kesimpulannya, anak pertama sering kali menghadapi tekanan dan tuntutan yang dapat memunculkan kecemasan dan ketakutan akan kegagalan. Namun, dengan dukungan penuh dari orang tua, terutama dalam bentuk dukungan emosional yang berfokus pada proses, anak pertama akan lebih termotivasi dan mampu menghadapi tekanan tersebut dengan lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun