Hadits pada dasarnya dalil yang dibangun dari ucapan, perbuatan, dan diamnya/ketetapan nabi saat melihat prilaku sahabat (menunjukan bahwa nabi tidak melarang ). Hemat saya hadits adalah isi daripada penjelasan isi Al-Qur'an yang perlu dijelaskan secara terperinci, terkadang sebaliknya Al-Qur'an menyempurnakan pengertian hadits, Rasullah bersabda :
"Saya wariskan kepada kalian dua perkara,apabila kalian berpegang dengan dua perkara itu kalian akan selamat, yaitu Al-Qur'an dan As-Sunah" Â
Hadits diatas menyadarkan kita bahwa orang muslim dalam setiap tindak tanduknya harus sesuai Al-Qur'an dan Hadits, bahkan Islam dalam pembahasan thaharah sangat merinci, baik dari tata cara istinja (cebok), mandi wajib , membersihkan najis dll, akan tetapi perlu pemahaman yang didasari dengan ilmu dan dibimbing oleh ulama ketika memahami ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits agar tidak salah penafsiran dan pemahaman.
"Sesungguhnya setan berjalan dalam tubuh manusia bersama aliran darah"
Hadits ini bisa dikaitkan dengan tujuan puasa, yang dimana diantara tujuan puasa itu sendiri untuk menahan nafsu dan syahwat, nafsu dan syahwat merupakan 2 jalur setan untuk menggoda manusia, menjerumuskan sedasar-dasarnya ke api neraka, sebab dengan nafsu dan syahwat setan mengetahui  celah kelemahan daripada manusia.
 Pada dasarnya nafsu dan syahwat adalah dua bekal yang diberikan Allah kepada manusia untuk beriman dan bertakwa , karena hanya manusia saja yang mempunyai nafsu dan syahwat yang tidak di miliki mahluk lain, dengan keduanya mampu mengatarkannya kepada puncak keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, maka manusia tersebut menjadi insan kamil (manusia yang sempuran).
Kewajiban puasa  hanya difardukan kepada manusia yang beriman, manusia yang meyakini keagungan khaliqnya, dengan puasa manusia mampu mengontrol nafsu dan syahwatnya untuk menuju jalan ketaqwaan, itulah hakikat sesungguhnya tujuan puasa yang diwajibkan oleh Allah, sebab puasa mampu membersihkan rohani dan menyempitkan jalan setan dalam menjerumuskan manusia. Selain itu tujuan puasa pada puncaknya yaitu sebuah persembahan mahluk kepada khaliknya, karena puasa berbeda dengan ibadah-ibadah lain, ibadah lain mungkin ketika meninggalkannya orang lain bisa melihat secara kasat mata, beda halnya dengan puasa, hanya orang yang bersangkutan dan Rabbnya yang mengetahui, demikianlah ibadah puasa yang menjadi pembeda dengan ibadah lain. Nabi bersabda :
"Setiap anak adam untuknya selain puasa, puasa itu untukku"
Kalimat "untukku" dihubungkan dengan Allah adalah Idhafat tasyrif yakni menunjukan kemuliaan puasa diatas amalan atau ibadah lain. Tujuan puasa juga untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, karena puasa merupakan ladang meraup pahala dari Allah, disetiap melakukan kebaikan Allah melipat gandakan pahalanya, Â jadi pantas manusia yang mampu menyempurnakan puasanya menjadi orang yang bertaqwa, artinya tidak merusak puasanya dengan hal-hal yang dilarang Allah swt. Pada intinya tujuan puasa dan rangkaian- rangkain amaliyah yang ada, untuk kebaikan manusia agar menggapai puncak kebahagian (Insan kamil)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H