Setiap 22 Maret seluruh dunia merayakan hari air sedunia. Penulis pun mengucapkan selamat hari air. Air merupakan kebutuhan pokok manusia. Tubuh manusia 70 persen terdiri dari cairan. Jika tidak berhati-hati dalam pengelolaan sumber daya air maka benarlah beberapa pengamat yang mengatakan air akan menjadi komoditi yang mahal dan akan diperebutkan. Bahkan secara global 50 tahun kedepan manusia akan berebut air seperti manusia berebut penguasaan minyak hari ini.
Penulis tidak mampu membayangkan ketika manusia memperebutkan air secara brutal. Tanda-tanda hal itu sudah nyata adanya, beberapa sumber air seperti sungai, danau bahkan laut. Kerusakan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, selain karena dampak pembangunan, pembangunan, limbah juga karena ulah manusia yang tidak bersahabat dengan air. Salah satu contoh, kondisi sungai citarum, siliwung dan cisadane yang saat ini tingkat pencemarannya tinggi.
Belum lagi kondisi tata ruang yang tak karuan di negeri ini menyumbang percepatan kerusakan sumber mata air yang artinya hilangnya sumber air bersih. Kerusakan wilayah pegunungan yang banyak dialihkan fungsi menjadi vila dan penggundulan hutan yang terus terjadi. Efeknya siklus air tidak seimbang.
Punden Sebuah Lokal Wisdom
Betapa arif orang dahulu dalam melestarikan sumber mata air mulai hulu hingga hilir. Sekitar sumber mata air pasti ada bangunan yang terkesan seram, angker dan keramat pasti ditemui disekitar sumber mata air. Bangunan itu tidak lain adalah punden.
Punden dalam KBBI mempunyai arti tempat keramat; sesuatu yang sangat dihormati. Ada tujuan yang disematkan nenek moyang membuat punden dengan kesan keramat dan angker. Sehingga masyarakat tidak berani berbuat neko-neko dan secara otomatis ikut menjaga. Disini kecerdasan dan kearifan nenek moyang dalam menjaga sumber mata air dan siklus air.
Bayangkan sumber mata air yang sejak zaman hindia belanda masih terjaga hingga kini di beberapa daerah. Sumber Karangan, sumber mata air Desa Donowarih Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Sejak tahun 1915 bangsa kolonial saat itu sudah memanfaatkan Sumber Karangan untuk pasokan air bersih. Tidak lepas dari adanya punden yang biasa disebut masyarakat sekitar Mbah Denok.
Punden Moderen
Seiring waktu berjalan, kerakusan manusia mengalahkan rasa takut akan karma. Gunung, sungai, sumber mata air dibangun sembarangan untuk kebutuhan kapital dan konsumerisme. Belum terlambat, pentingnya memahami lokal wisdom untuk menyelamatkan anak cucu nusantara. Tidak lain menjaga kesadaran atas siklus alam. Kesadaran tersebut adalah punden moderen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H