Mohon tunggu...
syamsud dhuha
syamsud dhuha Mohon Tunggu... profesional -

Pemuda, pembelajar dan penulis biografi lepas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

First Travel, TPPU dan Hidup Sederhana

28 Agustus 2017   22:17 Diperbarui: 29 Agustus 2017   10:24 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ribuan korban berharap cemas bisa berangkat ke tanah suci atau uangnya dikembalikan lagi oleh First Travel. Iya, mereka telah menyetorkan sejumlah uang ke First Travel agar bisa terbang ke tanah suci meskipun menunggu lama 1 sampai 2 tahun sesuai programnya. FT menjadi primadona masyarakat Indonesia baik kelas atas maupun menengah kebawah melalui program umroh murah. Memang harga yang ditawarkan oleh First Travel jauh dibawah travel umroh pada umumnya. Masyarakat sebagian memaklumi harganya karena jadwal keberangkatan menunggu tahun depan.

Beberapa rombongan di tahun 2015 dan 2016 berangkat sesuai jadwal. Awal 2017, petaka tiba, mulai banyak rombongan yang tidak berangkat dengan berbagai dalih yang disampaikan oleh front office, sementara pemiliknya Andika Surachman dan Aniesa Hasibuan masih tenang.

Akhirnya, pertengahan 2017 para korban FT melaporkan pemiliknya dugaan penipuan. Kekuatan media sosial pun mengekspos gaya hidup pemilik FT tak terelakkan. Mulai dari rumah, plesiran ke luar negeri hingga kendaraan mewah yang dimiliki pun tersaji di media sosial. Saat ditanya aparat Andika dan Anies pemilik FT memakai jurus lupa kemana dana korban. Taksiran aparat sekitar Rp 800 miliar sampai Rp 1 triliun dana korban yang masuk ke FT.

Pemilik FT menggunakan sistem gali lubang tutup lubang atau dikenal skema ponzi. Pada tahap tertentu skema gali lubang tutup lubang akan jatuh seperti yang dialami FT. Kejam sekali pemilik FT menistakan agama dan mempermainkan masyarakat yang rindu tanah suci.

Dugaan penulis, pemilik FT sengaja dan tahu akan ditangkap polisi maka tidak ada perlawanan atau melarikan diri. Paling akan menjalani hukuman kurang dari 10 tahun dan bebas dengan aset yang disembunyikan masih utuh bahkan berkembang diluar negeri. Aset FT akan masuk ranah perdata yang akan diproses yang diketahui aparat. Sementara penulis yakin aset investasi pemilik FT sudah merambah ke luar negeri, salah satu contoh di media sosial ada yang memposting sebuah restoran di Inggris yang dimiliki FT.

Dana Korban Harus Kembali

Salah satu manusia terkejam menurut penulis ya, pemilik FT ini, kenapa? Mereka raja tega, tidak memiliki hati. Apalagi jika sampai dana korban tidak kembali 100 persen. Untuk itu, penulis sepakat dengan beberapa ahli bahwa aparat harus memberlakukan pasal tindak pidana pencucian uang (TPPU) untuk menelisik aliran dana FT. Harapannya pemilik FT Andika dan Aniesa mendapat pelajaran berharga agar hidup sederhana apa adanya. Para korban juga mendapatkan uangnya yang mungkin hasil mengumpulkan bertahun-tahun karena ingin pergi umroh. Dan keadilan pun tercapai.

Jika pasal penipuan saja yang disangkakan maka aparat hanya menyita dan melelang aset FT yang diketahui saja. Dan korban dipastikan tidak menerima uangnya kembali seperti kasus-kasus penipuan yang pernah terjadi. Koperasi Pandawa, investasi cipaganti dll yang menerapkan skema ponzi akan jatuh pada titik tertentu. Jika penipuan yang dilakukan koperasi pandawa dkk itu hanya bersifat duniawi, akan tetapi yang dilakukan FT sudah menistakan agama Islam.  

Mahalnya Hidup Sederhana

Sesungguhnya perjalanan hidup pemilik First Travel menginspirasi. Memulai dari nol, membuka usaha biro perjalanan di pinggir stasiun, jatuh bangun membangun bisnis. Bahkan pernah akan bunuh diri ketika bisnisnya jatuh. Namun ketika berhasil dan sukses, gaya hidupnya berbalik 180 derajat seakan membalas dendam pada keadaan. Foya-foya merasuki jiwa dan raga. Plesiran ke luar negeri menggunakan fasilitas first class. Mengikuti forum berbiaya miliaran memamerkan busana rancangannya.

Banyak orang tua, Guru, Kiai yang menasihati untuk hidup sederhana. Memang nasihat tersebut sangat sederhana namun mengaca pada pemilik FT kok sangat sulit dan mahal hidup sederhana itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun