Mohon tunggu...
syamsud dhuha
syamsud dhuha Mohon Tunggu... profesional -

Pemuda, pembelajar dan penulis biografi lepas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menerawang Hubungan Australia dan Indonesia Pascaheboh Penyadapan

22 November 2013   11:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:49 1301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1385093063275410744

Sepekan terakhir media massa Indonesia terus mengangkat isu bocornya penyadapan yang dilakukan Australia kepada Presiden SBY dan Ibu Ani serta beberapa menteri kabinet. Presiden SBY mengeluarkan sikap protes lewat media social diikuti konferensi pers pembantunya, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa. Menlu mengatakan protes keras atas penyadapan kepada Australia dan menarik Duta Besar di Canberra untuk memberikan penjelasan kepada Presiden SBY.

[caption id="attachment_279534" align="aligncenter" width="300" caption="Salam diplomasi"][/caption]

Sementara Australia menyikapi penyesalan namun tidak akan meminta maaf kepada Indonesia. Parlemen Australia mendesak agar PM Tony Abbot untuk meminta maaf dan segera memperbaiki hubungan diplomatic dengan Indonesia. Presiden melalui mimbar garuda mengeluarkan sikap ketegasan atas perlakuan Australia antara lain; Menghentikan sementara semua kerjasama dengan negeri Kanguru, Mengirim surat kepada PM Tony Abbot meminta keterangan apa saja yang disadap, Meminta WNI di Australia tenang karena kedua negara akan menyelesaikan.

Beberapa politisi partai penguasa, mengatakan bahwa PM Tony Abbot tidak perlu meminta maaf karena penyadapan dilakukan tahun 2009 pemerintahan masih dibawah PM Kevin Rudd. Bahkan sempat semakin memanas karena kicauan politisi botak melalui akun @markatextor yang menyebut Menlu Marty mirip bintang porno 1970an asal Filipina. Namun twit tersebut akhirnya dihapus karena banyak protes yang diterima. Mark juga menyinggung protes Presiden SBY melalui media social, menurutnya media social bukan tempat yang sesuai menyelesaikan urusan diplomatik. Keesokan harinya PM Tony Abbot mengatakan penyesalan dan meminta maaf atas ketidaknyamanan Indonesia serta berjanji segera menjawab surat Presiden SBY di depan parlemen.

Di dalam negeri protes keras dilakukan warga dengan membunyikan klakson 3 kali ketika melewati kantor Kedutaan Australia Kuningan. Beberapa daerah protes dilakukan dengan membakar bendera Australia dan meminta Presiden SBY mengusir semua diplomat negeri kanguru tersebut. Namun kedua negara akan memainkan diplomasi untuk menaikkan bargain. Australia tetap merangkul Indonesia sebagai mitra strategis. PM Abbot yang arogan akan melunak untuk kepentingan negaranya. Sementara protes Indonesia akan menaikkan bargain position di dunia Internasional.

Akankah Australia Menghentikan Penyadapan?

Australia sebagai salah satu negara tetangga memiliki banyak kepentingan dengan Indonesia. Negara dengan potensi sumber daya alam besar memiliki daya tarik tersendiri bagi negara tetangga. Kepentingan lain, Australia sebagai negara persemakmuran akan patuh dan tunduk kepada “bigboss” Inggris dan Amerika. Mereka tidak ingin tetap dicap sebagai negeri kulit putih kelas dua. Amerika ‘nabok nyilih tangan’ Australia untuk menyadap Indonesia untuk meminimalisir aksi terorisme.

Artinya selama ada kedutaan kegiatan sadap menyadap atau memata-matai akan terus berlangsung. Tugas kedutaan yang utama tidak lain melakukan penyadapan baik secara langsung maupun tidak langsung. Mengundang jamuan makan termasuk teori penyadapan yang dilakukan secara langsung. Esensi penyadapan belum diketahui menurut teori intelejen pembicaraan strategis tidak akan dilakukan melalui telepon. Persiden pun diatur untuk memberikan keterangan rencana strategis secara umum, tidak mungkin secara tehnis disampaikan didepan publik.

Sekarang apa isi yang didapat Australia atas penyadapan Presiden SBY? Gembar gembor yang ada di media saya kira perlu dicermati, karena kita juga melakukan hal yang sama kepada Australia dan negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik. Kehebohan karena penyadapan diketahui public meskipun isi penyadapan belum diketahui.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun