Mohon tunggu...
syaafiqah nurahmah
syaafiqah nurahmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - BISMILLAH
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Bakat

20 Mei 2022   20:10 Diperbarui: 20 Mei 2022   20:16 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

      Konsep menumbuhkan bakat anak di lingkungan keluarga berarti kerangka bagaimana menumbuhkan bakat anak di lingkungan keluarga. Konsep menumbuhkan bakat anak ini bukan keluarga yang memiliki hubungan sedarah dalam artian luas melainkan hanya sebatas keluarga yang berada dalam satu rumah yang memiliki hubungan sedarah yaitu terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Dengan rumah sebagai wadah pertama, anak-anak akan selalu mengembangkan bakat mereka dilandasi dengan rasa suka sehingga mereka akan terus melaju dalam perkembangan pendidikannya dan punya profesi yang membuat mereka profesinya dibiadangnya. Anak ada bakat dan minat untuk mencapai cita-cita tersebut. Selain bakat tersebut bawaan dari lahir, maka ada beberapa aspekyang dapat menumbuhkan bakat anak yang tidak boleh di kesampingkan. Rumah termasuk salah satu aspek yang dapat menumbuhkan bakat anak.

    Konsep menumbuhkan bakat anak di lingkungan keluarga, jangan menjadikan rumah sebagai mensin pembunuh bakat. Itulah bakat anak. Jika pola pengasuhan anak tidak tepat, maka hal itu akan berdampak pada pola perilaku anak. Apabila jika anak meniru orang-orang diluar rumah yang cenderung negative. Dengan demikian, anak yang benar-benr melakukan identifikasi cenderung mencari figure yang dapat diterima dan sesuai dengan proses pembentukan dirinya.

    Pengasuhan anak akan menjadi takap penting dalam membentuk karakter, moralitas, pengetahuan, keterampilan, dan life skill yang dapat memadai bagi anak. Oleh sebab itu, kerja sama semua agen sosialisasi baik keluarga, sekolah, dan masyarakat menjadi solusi terbaik agen sosialisasi khusus keluarga, tugas dan tanggung jawab dalam menumbuhkan bakat. Pola asuh dan lingkungan keluarga sangat menentukan pola piker, kebiasaan, dan kemampuan memotret kehidupan dunia yang penih kompetisi, aktualitas, dan dinamika.

   Selain hal yang dijelaskan diatas, orang tua sebaiknya juga mengetahui aktivitas-aktivitas yang disukai anak karena dari situlah bakat anak berasal. Ketika sesuaty itu sudah diketahui oleh anak, dia akan melakukan berulang-ulang karena sudah menyukainya. Akan tetapi tidak semua aktivitas yang disukai anak itu merupakan bakat. Jadi jangan langsung menamakan bahwa itu bakat walaupun anak menyukai ativitas tersebut, tapi lihatlah seberapa sering anak melakukan aktivitas tersebut sehingga anak mengulang, mengulang dan mengulang yang pada akhirnya anak akan merasa suka pada aktivitas tersebut baru itu bisa dinamakan bakat. Hal itu juga diperkuat oleh pendapat Ngalim Purwanto, bahwa bakat lebih dekat pengertiannya dengan amplitude yang berarti kecakapan bawaan yaitu yang berkenan dengan potensi tertentu. Sedangkan kata bawaan mengandung arti yang lebih luas yaitu suatu sifat, ciri, dan kesanggupan yang dibawa sejak lahir. Jadi, bakat ini lebih cenderung kepada potensi yang telah ada pada masing-masing anak, sehingga dengan bakat yang telah dimilikinya anak cenderung cakap dan termotivasi untuk mengikuti bakat anak itu juga belum tentu hanya satu, mungkin saja anak itu mempunyai banyak bakat.

    Terkadang orang tua berharap agar anaknya berprestasi akademik disekolah dengan cara memaksa atau menekan. Sekolah berubah fungsi menjadi penjara bagi anak, karena di dalamnya ada setumpuk tugas kognitif yang harus diselesaikan dan harus  mendapat nilai tinggi. Sekolah berubah fungsi, dari institusi pembelajaran yang mestinya menyenangkan, menjadi wadah pemaksaan anak untuk dibentuk sesuai dengan keinginan atau kurikulum sekoah. Kemudian dirumah, orang tua menerima mentah-mentah kondisi ini sehingga bagi anak rumah adalah penjara kedua setelah sekolah dan tiada hari untuk bersenda gurau dirumah bersama keluarga. Yang terjadi, anak menghabiskan seluruh waktunya untuk mengerjakan pekerjaan rumah demi mengejar prestasi akdemis. Rumah seperti ini praktis akan menjadi mensin pembunuh bakat anak.

  Semua rasa suka anak terhadap aktifitas-aktifitas tertentu itu belum bisa dikatakan bakat, karena terkadang rasa suka terhadap aktifitas tertentu itu dipengaruhi oleh lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Maka dari itu orangtua sebaiknya mengetahui apakah itu rasa suka yang merupakan bakat ayau bukan. Adapun  ciri-ciri rasa suka yang merupakan bakat anak adalah:

  • Aktivitas yang disukai tidak bisa dibatasi
  • Ketika anak melakukan sesuatu seperti bermain bola maka dia pasti akan mencari jalan untk bisa bermain bola setiap saat. Ketika orang tua menghalangi atau melarang dia akan terus mencari jalan dengan segala cara. Kondisi yang seperti ini, anak tumbuh karena bakatnya
  • Bakat biasanya memunculkan banyak momen special
  • Momen special adalah kejadian atau peristiwa yang luar biasa mengagumkan yang dilakukan anak. Misalkan anak akan menggambarkan dengan bagus, membuat burung dari kertas origami. Sebenarnya banyak aktivitas anak yang istimewa dan sebenarnya itulah bakat
  • Merasa nyaman mempelajari aktivitas yang disukai
  • Bakat dapat terlihat jika seorang anak sangat nyaman untuk memperlajari lebih dalam tentang aktifitas yang disukainya tanpa terpaksa.
  • Bakat itu fast learner
  • Anak yang berbakat biasanya melakukan aktivitas akan menjadi pembelajar cepat yang bisa mengikuti setiap tahap yang diajarkan
  • Bakat terus-menerus memunculkan minat untuk memenuhi kebutuhan anak
  • Bakat itu akan mendorong anak untuk terus menerus berusaha menjadi yang terbaik dalam meraih kemampuannya dalam suatu bidang tertentu sehingga bisa dkatakan anak itu memiliki minat yang besar. Minat itu sendiri adalah keingingan anak untuk yang terbaik dan berasal dari dorongan bakat
  • Bakat selalu mencari jalan keluar
  • Bakat ditandai dengan selalu mencari jalan keluar Ketika dilingkungan sekitar itu tidak mendukung. Misalnya, anak suka bermain bola tapi dirumah tidak ada halaman untuk digunakan bermain bola maka dia akan mencari tempat lain yang bisa digunakan untuk menggiring bola.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun