Mohon tunggu...
11A116MuhSyabril Diandra
11A116MuhSyabril Diandra Mohon Tunggu... Akuntan - MAHASISWA

Menulis Konten dan isu yang lagi diperbincangkan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Rahasia Tersembunyi di Balik Eksistensi Mitos Onggoloco, Rekayasa Sosial dalam Menjaga Keberlanjutan Hutan Wonosadi

7 Juli 2024   18:08 Diperbarui: 7 Juli 2024   18:15 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil Foto Lapang / dokpri

Pada Tanggal 24  Mei 2024, mahasiswa IPB University telah melakukan Turun Lapang dan  Pengumpulan Data Sampel di Desa Beji, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul , Daerah Istimewa Yogyakarta. Tim yang tergabung ke dalam Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM - RSH) ini beranggotakan Ardi Setiawan ( ESL), Cut Sarah Aulia Nanda ( ESL), Ikhda Annisa (ESL), Paskalia Yati (ESL), Muh. Syabril Diandra (Aktuaria). Tim didampingi oleh Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M,Sc, IPM dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. 

Dalam Kegiatan ini kami melakukan beberapa agenda seperti, Melakukan observasi dan Pengamatan langsung ke hutan wonosadi untuk mengetahui secara nyata dan sebagai bahan merumuskan keberlanjutan hutan wonosadi itu sebagai upaya dalam membentuk rekayasa sosial ditengah era modernisasi. Dalam perjalanan kami menuju kawasan hutan wonosadi kami berjalan sambil berbincang dengan Mbah sugimo selaku Juri kunci. Hutan Wonosadi juga kaya akan keanekaragaman hayati didalamnya termasuk tanaman obat-obatan dan berbagai jenis kayu. Sehingga Hutan Wonosadi ini menyimpan manfaat alami yang luar biasa untuk warga masyarakat. 

Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu Key Person yatu Mbah Sugimo

"Ada sebuah bak mata air berukuran 5 x 5 m disini untuk menampung air yang nantinya di kelola oleh masyarakat, Wonosadi ini luasnya 25 hektar untuk zona inti dan 65 hektar untuk zona penyangga. Sebanyak 5 hektar dikelola oleh Multilestari. Di sini ada beberapa jenis hewan diantaranya beberapa macam burung yaitu Burung Kutilang, Burung Elang Berontok, Elang Jawa, Burung Kakatua, Burung Perenjak Jawa, Burung Ciblek,Burung Bedu, Burung Betet, Burung Pelatuk Bawang, Burung Pelatuk biasa , Burung Bubut, Burung Kepodang Kuning, dan masih banyak lagi." 

Hutan Wonosadi ini juga menyimpan banyak sekali tanaman obat yang bisa diambil secukupnya untuk orang-orang yang sedang membutuhkannya. Beberapa tanaman obat yang sempat diperkenalkan oleh Mbah Sugimo adalah tanaman obat yang mempunyai khasiat masing-masing.

"Di Hutan ini banyak sekali tanaman yang mengandung khasiat untuk menyembuhkan penyakit diantaranya ada tanaman Dewandaru yang berguna untuk mengobati peredaran darah yang kurang lancar.Tanaman Kajar sejenis talas hutan digunakan untuk pengendalian hama tanah namanya uret. Tanaman Krayuan atau Adem Mati biasanya digunakan meredakan nyeri haid dan menyuburkan air asi. Ini ada pohon namanya pohon Setakin pohon ini banyak airnya kalo dipegang, sama ini ada daun Trembalu untuk mengobati kadas, panu, dan kurap. Hutan ini tahun 1965 pernah ditanami pohon Sucang"

Hasil Foto Lapang / dokpri
Hasil Foto Lapang / dokpri
Hutan Wonosadi ini ternyata menyimpan sebuah tanaman yang tumbuh pada bulan Oktober saja yaitu Anggrek Tanah. Tanaman hanya ada di Hutan Wonosadi. Selain itu di Hutan Wonosadi terdapat 4 buah pohon besar dan berusia puluhan hutan. Pohon itu adalah pohon yang masih hidup saat Hutan Wonosadi mengalami kerusakan beberapa tahun yang lalu.

Menurut Mbah Sugimo yaitu salah satu key person Hutan Wonosadi mengatakan bahwa masyarakat masih mempercayai adanya mitos ini seperti tidak mengambil atau menebang pohon sembarangan, tidak berbuat asusila.  Menurut cerita yang diceritakan oleh sang ayah Mbah Sugimo konon Hutan Wonosadi ini bukan bernama Wonosadi namun bernama Grundul yang mempunyai arti hutan ini terlihat dari segimanapun seperti gerundulan pohon berwarna hijau. Mbah Sugimo mengatakan bahwa masyarakat takut karena kejadian kejadian aneh yang didapatkan ketika melanggar larangan itu dan bisa membahayakan nyawa mereka sendiri. 

Bukti -- bukti nyata yang terjadi membuat masyarakat takut dan secara turun-temurun sejarah dan larangan itu diceritakan dari mulut-mulut kepada anak cucu mereka dengan harapan bahwa mereka tidak mau anak cucu mereka mengalami kemalangan atau hal yang tidak diinginkan dan mereka berharap agar anak cucu mereka menaati semua aturan dan larangan itu. Orang yang semula tidak percaya ketika menyaksikan langsung bukti dan kejadian aneh setelah melakukan hal atau tindakan buruk pada akhirnya menjadi percaya. Mitos Onggoloco ini tersebar dan diketahui oleh masyarakat luar daerah Beji, sehingga dibuat aturan oleh Pemerintah untuk menjaga dan melestarikan hutan serta keanekaragaman hayati yang ada pada hutan ini.

Masyarakat Desa Beji begitu peduli dengan eksistensi Hutan Wonosadi. Ibarat sang anak yang tulus merawat ibu pertiwinya. "Pesan Ki Onggoloco benar-benar terpatri pada masyarakat Beji. Bahwa, hutan Wonosadi adalah titipan untuk anak cucu kita." ungkap Mbah Sugimo. "Warga di sini menjaga sepenuh hati kelestarian Hutan Wonosadi". Kepedulian masyarakat Desa Beji terhadap Hutan Wonosadi pun mendapat prestasi tertinggi lingkungan hidup. Pada tahun 2009 masyarakat Desa Beji mendapat Kehati Award tingkat Nasional. Selain itu, masih banyak penghargaan lainnya untuk warga Desa Beji.  

Hutan Wonosadi diharapkan agar tetap eksis dimasa yang akan datang dan semakin banyak pengunjung yang ingin belajar tentang mitos, budaya, dan keanekaragaman hayati. Karena hutan ini memiliki fungsi sebagai wisata edukasi, wisata budaya, dan wisata religi. Maka digitalisasi sebagai bentuk penyebaran informasi mengenai Hutan Wonosadi dan perilaku masyarakat yang menjaga hutan dan budaya ini bisa membawa dampak positif yang layak diketahui oleh masyarakat luas dan kaum muda harus ikut serta memberikan andil dan kepedulian mereka untuk melestarikan adat dan larangan serta menciptakan lapangan kerja dari objek wisata berbasis hutan adat ini agar hutan ini semakin banyak dikenal oleh masyarakat luas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun