Jendral Sudirman pernah berkata "Kejahatan akan terus menang jika orang benar tidak melakukan apa-apa". Menyikapi apa yang terjadi pada Swiss German University pada tanggal 17 Desember 2016. Saya, yang sudah gerah untuk tidak melakukan apa-apa, memutuskan untuk menyuarakan hati nurani saya untuk kampus saya tercinta. Berikut akan saya ceritakan mengapa saya begitu bersyukur menjadi salah satu mahasiswa SGU.
Nama saya Christina Dewita Annelies, saya adalah mahasiswi semester delapan jurusan Pharmaceutical Engineering Swiss German University. Mungkin jurusan ini terdengar asing di telinga masyarakat Indonesia, namun sejak SMA, saya sudah sangat mengidam-idamkan untuk belajar sebagai mahasiswi di jurusan ini. Tidak seperti kampus lainnya, SGU mengadopsi kurikulum dengan latar belakang teoritis dan ilmu praktis yang kental sehingga ,seperti yang telah dibuktikan banyak perusahaan, lulusan SGU mampu bersaing dalam berbagai bidang pekerjaan, dan tentunya berperan aktif dalam menguatkan ekonomi Indonesia di era persaingan global ini.
Namun sayang, dengan kualitas kampus kami yang membanggakan seperti ini, kampus saya masih saja diperlakukan tidak adil dengan dipagari beton berkaitan dengan kasus sengketa lahan. Bahkan parahnya lagi, banyak pihak berwenang terlihat takut dan tutup mata menghadapi kejadian ini, dan amat disayangkan tidak sedikit juga oknum-oknum tak bertanggungjawab yang malah menyebarkan isu hoax sebagai propaganda untuk semakin melemahkan SGU.
Menghadapi gelombang Masyarakat Ekonomi Asean, SGU sebagai institusi pendidikan telah menjawab kebutuhan pasar dengan menyediakan kualitas individu yang mampu bersaing dengan negara lainnya. Hal ini bukan jargon atau angan-angan semata, namun telah dibuktikan semenjak tahun 2000 SGU giat mengirimkan mahasiswa didiknya ke negara-negara industri yaitu Jerman dan Swiss untuk belajar dan bekerja sebagai intern atau anak magang. Tidak tanggung-tanggung, perusahaan-perusahaan tempat kerja praktik mahasiswa SGU adalah perusahaan-perusahaan yang telah memiliki nama besar dan diakui tak hanya oleh masyarakat Jerman, tapi juga oleh dunia. Sebut saja Siemens, Merck, Bayer, dan masih banyak perusahaan multinasional lainnya yang menjadi tempat mahasiswa SGU mencari pengalaman dan meningkatkan kualitas diri.
Pengalaman magang saya di Jerman merupakan hal yang akan saya syukuri seumur hidup. Selama enam bulan mendapat perlakuan seperti halnya pekerja tetap, saya merasa berhutang budi kepada para dosen SGU yang telah berdedikasi mendidik mahasiswanya. Tanpa mereka mungkin akan sulit bagi saya untuk beradaptasi dengan ritme pekerja di Jerman, negara yang sains dan teknologinya dipuja-puja dunia. Persiapan bahasa, kedisiplinan, dan etos kerja yang baik, tak lelah dosen kami selalu ingatkan. Masih teringat sebelum kami berangkat ke Jerman, Rektor kami berpesan “Kalian nanti di Jerman akan bawa nama Indonesia bukan lagi nama SGU, jadi tunjukanlah yang terbaik”. Singkatnya pada akhir masa magang di Jerman, Supervisor saya menitipkan pesan siapa tahu tahun depan ada yang ingin magang di perusahaan ini lagi, dirinya berujar bahwa ia sangat menyukai karakter mahasiswa dari SGU.
Bagi saya SGU adalah rumah kedua, selama tumbuh dan berkembang di kampus ini, saya merasakan rasa kekeluargaan yang sangat erat. Pemandangan makan bersama dengan dosen sambil diskusi di Mensa (kantin) atau bahkan ngobrol ringan projek plant design (salah satu mata kuliah semester 7) dengan rektor SGU mungkin merupakan pengalaman yang akan sulit saya rasakan bila berkuliah ditempat lain. Di kampus ini saya tidak pernah merasa asing walaupun kami terdiri dari suku, agama atau ras yang berbeda. Ujian yang dialami keluarga kecil kami ini malah semakin menguatkan kami semua. Kami semakin solid walaupun diperlakukan semena-mena oleh si Rakus. Pengalaman saya selama di SGU adalah cerita sederhana, dan tentunya masih banyak pengalaman dari teman-teman saya yang pasti berbangga manjadi salah satu alumni dari almamaternya.
Gambar: Dokumen pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H