Mohon tunggu...
Swiss German University Official
Swiss German University Official Mohon Tunggu... -

Swiss German University Prominence Tower Campus Jalan Sutera Barat Kav 15, Alam Sutera, Tangerang Marketing Hotline: +62 811-8010-600

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terhadap Penutupan Paksa Kampus Swiss German University : Ruh Pendidikan Tidaklah Mati

21 Desember 2016   18:26 Diperbarui: 2 Januari 2017   10:04 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya tidak update status di FB sejak Sabtu tengah malam. Saya disibukkan oleh apa yang dialami kampus kami. Teman-teman tentu bisa dengan mudah mengakses berita untuk mengetahui apa yang terjadi pada kampus SGU. Sejak Sabtu menjelang tengah malam di depan kampus SGU dipasang tembok oleh BSD yang menutup akses masuk ke kampus. Ada sengketa atas lahan dan bangunan kampus SGU antara BSD dan Yayasan. Proses peradilan sedang berlangsung. Siapa yang benar menurut hukum di negeri ini, biarlah pengadilan yang memutuskan. Hanya disayangkan, pemasangan tembok itu mengakibarkan hak mahasiswa untuk mendapatkan pendidikan menjadi terganggu. 

Bisa saya bayangkan betapa cemasnya perasaan mahasiswa dan orang tua mereka. Saya ayah dari dua anak. Satu mahasiswa, satu lagi baru saja lulus dua bulan lalu. Tentu saya akan merasakan kecemasan yang serupa. Kemarin saya mengikuti rapat kampus yang intinya membahas rencana untuk memastikan proses pendidikan terus berlangsung. Ya, kepentingan mahasiswa yang menjadi prioritas kami. Agak melegakan pemblokiran terjadi sesudah semester berakhir. Ya, tidak berakhir amat sih sebenarnya. Karena masih ada jadwal ujian ulangan bagi mahasiswa yang tidak lulus UAS kemarin. Juga masih ada kegiatan penelitian mahasiswa untuk tugas akhir. Proses persiapan pemberangkatan mahasiswa untuk magang di Jerman juga sedang berlangsung. Sudah pasti terganggu, tapi kami berihktiar keras mendapatkan jalan terbaik.

Saya bersyukur sekali dosen dan teman-teman bidang akademik dan non-akademik menunjukkan spirit dan semangat yang tinggi untuk melayani mahasiswa dan memastikan mereka mendapatkan yang terbaik dalam situasi seperti ini. Saya juga amat percaya bahwa pemerintah, dalam hal ini KEMENRISTEKDIKTI, tidak akan membiarkan pihak manapun menghambat proses berlangsungnya investasi sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing di dunia global. 

SGU merupakan kampus yang relatif kecil, jika dilihat dari jumlah mahasiswa. Akan tetapi, boleh dilihat bagaimana  kualitas lulusan SGU. Tidak sedikit mendapatkan beasiswa bergengsi di Eropa. Kemampuan mereka dalam menyampaikan gagasan dalam Bahasa Inggris yang fasih membuat mereka relatif lebih mudah diterima bekerja di perusahan-perusahaan. Sebagiannya lagi menjadi wirausahawan muda yang tentu berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi negeri ini. 

Peringkat SGU di bidang penelitian meningkat dari perguruan tinggi Madya ke Utama. Ya, SGU bersama perguruan tinggi lain yang sudah terdaftar resmi di Dikti merupakan aset negeri ini untuk mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki peran penting dalam pergaulan global. Ya, saya yakin ada banyak pihak yang memiliki nurani pendidikan yang tidak rela proses pendidikan diusik oleh sengketa bisnis.

Akhirnya, saya perlu kembali ke diri saya. Sudah saya putuskan untuk setia menjaga ruh pendidikan. Kampus fisik boleh diblokir sekarang, tapi jiwa pendidikan melewati bangunan-bangunan. Konsultasi thesis bisa dim mana saja. Jalur-jalur kerjasama riset dengan berbagai lembaga semakin diperluas sehingga mahasiswa tetap bisa melakukan penelitian sembari menunggu selesainya kampus baru. Bimbingan ujian lisan yang akan berlangsung tak lama lagi, bisa dilakukan di berbagai tempat. Teman-teman mungkin akan melihat banyak cuitan di Twitter atau di medsos lain yang mungkin mendiskreditkan SGU. Mohon maaf, kami para dosen nggak sempat membalas. Kami cuma ingin mendampingi mahasiswa saja dan mengikhtiarkan apapun yang kami bisa untuk mengantarkan mereka ke masa depan mereka.

Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan berbagai cerita kecil. Kemarin saya mengantarkan mahasiswa saya untuk mengambil sampel penelitian di kampus (kami masih diijinkan masuk untuk mengambil barang pribadi dengan mengisi formulir dan meninggalkan kartu identitas. Kami sempat mengobrol sebentar sesudah itu. Dia mengatakan, "Saya sedih lihat kampus saya dibeginikan. Tapi nggak tahu ya , Pak. Saya kok merasa tenang, bahwa urusan studi saya akan baik-baik saja." Sebelum berpisah, sempat saya berpesan, "Setelah lulus nanti, ketika kamu menjadi seorang professional atau wirausahawan kaya, tetaplah jado orang yang baik."

Tulisan oleh Abdullah Muzi Marpaung (Dosen Food Technology Study Program Swiss German University) yang diambil dari akun Facebook beliau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun