Mohon tunggu...
Rifqayani Kanusaputera
Rifqayani Kanusaputera Mohon Tunggu... -

tukang cuap di perusahaan milik negara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Salahkah Jika Cewek Itu Matre?

30 Oktober 2012   01:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:14 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Cewek Matre? Terus Kenapa?

Dalam kehidupan sosial seringkali ada julukan ''cewek matre''. Cewek matre biasanya diidentikkan negatif, karena hanya mau terikat dengan pria mapan. Apa itu sepenuhnya negatif?

Jujur, sebagai perempuan saya juga tergolong matre. Saya hanya mau terikat setelah melihat calon pasangan saya mapan. Setidaknya bisa memenuhi kebutuhan saya dan keluarga kami kelak seandainya kita sudah menikah. Untuk itu saya menetapkan syarat dipikiran saya bahwa setidaknya calon suami saya harus punya karier jelas dan range pendapatannya sekian.

Ya, selain cinta memang kehidupan pernikahan itu perlu uang. Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu penopang keutuhan rumah tangga adalah terjaminnya kesejahteraan. Banyak rumah tangga yang timpang, ga stabil, bahkan bubar gara-gara urusan pendapatan. Banyak pula kejadian dimana kehormatan istri ke suami berkurang gara-gara pendapatan istri yang lebih tinggi dari suami atau malah istri yang jadi tulang punggung keluarga. Awalnya memang dengan dalih sama-sama cinta, banyak yang menganggap hal seperti ini tidak masalah. Tetapi banyak juga yang dengan berjalannya waktu, saat yang dibutuhkan tak cuma ''cinta'', saat masa-masa kristis rumah tangga datang, faktor kemapanan suami akan menjadi alasan pertengkaran, akan menjadi alasan berkurangnya kehormatan suami di mata istri. Padahal seperti yang kita tahu, jika seorang istri sudah memilih suami sebagai pasangannya, maka dia berkewajiban menjunjung tinggi kehormatan suami sampai kapanpun. Tidak boleh merendahkannya dengan alasan apapun.

Untuk itu, maka sebelum menikah, selektif dan matre tak selamanya salah, toh matre tak berarti mengejar pria kaya karena keturunan, mengejar miliarder buat memenuhi kebutuhan barang-barang mewah. Bisa jadi matre hanya sebatas menetapkan pasangan harus mapan, dalam arti bisa memenuhi kebutuhan papan, sandang, pangan secara lancar.

Matre bukan berarti bersenang- senang dengan uang hasil kerja pasangan terus menerus. Matre itu hanya untuk sebuah jaminan, bahwa kita bisa dihidupi olehnya. Toh, sebagai perempuan, saya juga bekerja, cukup seandainya menghidupi sekeluarga. Tetapi, suami adalah yang diberi kewajiban untuk memberi nafkah, memimpin, dan menahkodai keluarga.

Jadi wajar, dulu saat akan memutuskan menikah, saya hanya berani bilang Iya saat dilamar ketika calon pasangan saya sudah jelas karir dan pekerjaannya. Sebelumnya? Saya selalu menunggu dia mapan dulu sebelum berkata iya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun